Tajukflores.com – Desa adat Boti, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi NTT memiliki keunikan sendiri dalam menangani pencuri. Di desa ini, apabila kedapatan mencuri, pelaku tidak dilaporkan ke polisi, namun sebaliknya akan diberi modal agar tidak mencuri lagi.

Keunikan Desa Boti ini sering ditulis oleh traveler luar negeri. Sebelum pergi kami menyempatkan diri mampir ke sebuah warung yang berada di tepi jalan untuk membeli sebungkus buah pinang dan sirih kemudian kami melanjutkan perjalanan, kondisi jalan dari Soe hingga ke Pasar Niki-Niki.

Jalan yang kami lalui banyak berlubang dengan ukuran cukup besar. Jalan itu juga berbatu dan daerah bukit kapur di mana di sisi kiri dan kanan terdapat jurang sehingga perjalanan menuju Desa Boti menjadi pengalaman mendebarkan.

Cuaca siang hari di sana amat panas dan bisa bikin sangat melelahkan, debu-debu dan pecahan abu kapur berhamburan mengganggu pernafasan. Bagi kamu yang berkunjung ke Desa Boti menggunakan ojeg sebaiknya menggunakan masker.

Namun, seluruh kesulitan dalam perjalanan ini terbayar di mana selama perjalanan kita akan melihat lanskap Pulau Timor yang menarik dari beragam jenis-jenis pepohonan tinggi, wilayah perbukitan hijau.

Apalagi penulis juga bertemu dengan anak-anak sekolah dasar dengan seragam merah-putih yang baru saja pulang dari sekolah, dengan seyum dan keramahan mereka menyapa penulis.

Membutuhkan dua jam berkendara untuk tiba di depan pintu masuk Desa Boti. Si ojek yang berbicara kepada warga desa mengenai tujuan saya untuk menginap dan mendokumentasikan rumah adat dan keseharian masyarakat Desa Boti.

Dalam berkomunikasi supir ojeg tersebut menggunakan Bahasa Dawan yang merupakan bahasa asli Pulau Timor. Jadi sangat disarankan untuk menggunakan jasa pemandu lokal yang mengerti Bahasa Dawan ini dikarenakan Suku Boti tidak mengenal Bahasa Indonesia.

Dengan diantar bapak tersebut penulis memasuki Desa Boti dan menunggu di teras sebuah rumah yang merupakan kediaman sang raja pemimpin desa ini.