Kartini. Habis gelap terbitlah terang. Tak selamanya gelap. Selalu ada fajar usai kegelapan malam. Silih berganti. Maka optimisme itu terang. Meneguhkan harapan untuk bertahan dalam kesukaran. Bahwa akan datang saatnya, kegelapan ini berlalu. Akan datang saatnya, masa kelam ini pergi.

Pagi ini berseliweran ucapan selamat hari Kartini. Ucapan yang lumrah. Terkesan melintas begitu saja. Ikut kebiasaan. Latah. Tanpa refleksi. Tanpa memahami makna seorang Kartini. Apalagi dia tokoh masa lalu. Tak ada kaitan dengan manusia milenial. Padahal ini bukan basa basi.

Kartini adalah makna. Arti sebuah optimisme di tengah kekelaman zaman. Harapan yang menggerakkan daya juang di tengah kemelut hidup. Simbol perjuangan melawan penindasan dan kungkungan terhadap kemanusiaan dan martabat perempuan. Kehadirannya adalah inspirasi. Ketokohannya adalah nyala emansipasi. Api yang membakar sukma di tengah prahara kehidupan.

Maka nilai Kartini bersifat universal. Tak sekedar berlaku bagi kaum Kartini. Tapi juga untuk para “Kartono”. Tentang pentingnya optimisme, harapan, daya juang, komitmen emansipasi, kerja keras, kesabaran, motivasi hidup kaya arti. Dia adalah suluh zaman. Terang yang terus menginspirasi manusia Indonesia untuk tetap bangkit manakala terpuruk dalam zaman kekelaman tertentu.

Pagi ini, dalam kelas semester II Fakultas Filsafat Agama (FFA) Unika Widya Mandira Kupang, para mahasiswa-mahasiswi bertarung optimisme dalam kancah ujian midsemester.

Daya intelektual dikerahkan menembus ruang-ruang gelap konseptual teoritis untuk menemukan cahaya insight pemahaman, yang dibawa keluar sebagai terang dalam kertas ujian.

Di antara para mahasiswa calon imam ini, hadir dan eksis seorang Kartini. Mahasiswi satu-satunya pada angkatan ini di FFA Kupang. Faleria Hayon. Kartini ini berani bersaing dengan para mahasiswa calon imam, belajar filsafat dan teologi, untuk meraih sarjana filsafat. Sebuah contoh emansipasi perempuan. Nyata. Dan bermakna.

Sejauh ini FFA Kupang telah menghasilkan lulusan beberapa Kartini. Entah itu suster maupun awam. Kehadiran para Kartini ini mewarnai FFA Kupang menjadi terbuka. Inklusif. Tidak ekslusif para calon imam.