Jakarta – Seorang pastor dari Kuasi Paroki Sungai Lilin, Romo Vincent, OCarm menyayangkan pernyataan Ustadz Munzir Situmorang yang menyebut keberadaan Lembah Karmel, Cianjur, Jawa Barat bertujuan untuk memurtadkan umat muslim di wilayah itu. Romo Vincent meminta Ustadz Munzir Situmorang untuk tidak menyebarkan hoaks dan menjadi seorang provokator.

“Betapa lucunya bapak (Ustadz Munzir Situmorang) ini ya. Lucu rasanya ketika beliau mengatakan datang ke Cikanyere, lalu melihat Lembah Karmel. Sejak kapan itu menjadi pusat Katolik di Asia Tenggara?,” kata Romo Vincent, OCarm dalam akun Youtubenya, Sang Pencerita, seperti dikutip Tajukflores.com, Senin (12/12).

Dalam cuplikan video, Ustadz Munzir Situmorang menyinggung upaya kristenisasi yang dilakukan Gereja Katolik di wilayah Jawa Barat, khususnya wilayah sekitar Lembah Karmel. Selain itu, ia juga menyebut upaya kristenisasi yang dilakukan gereja kristen lainnya di sejumlah provinsi.

Awalnya, Munzir Situmorang mengaku mendatangi Lembah Karmel dan melihat situasi di sana. Lantaran memiliki darah Batak, ia mengaku dapat dengan mudah masuk ke Lembah Karmel.

“Saya sampai Sukabumi selatan, Pak. Sudah berdiri sekarang Lembah Karmel, pusat Katolik terbesar di Asia. Saya sudah masuk di situ. Masuk disetop, bapak siapa? Dari mana? Dari Jakarta. Dengar Situmorang dikira saya pendeta, bebas masuk,” kata Munzir Situmorang sambil tertawa.

“Sampai di sana, subhanallah, sudah selesai gereja, lebih besar dari gereja katedral. Di situlah saya tanya, `berapa banyak Sunda yang dimurtadkan?. Dokumennya saya simpan. Terbang lagi saya ke Palembang, Pak. Berdiri hanya 7 kilometer dari Unsri, Universitas Sriwijaya. Sekolah Alkitab Palembang. Seluas 15 hektare,” sambung Munzir Situmorang.

Sebagai seorang Carmelit (Ordo Karmel), Romo Vincent lebih lanjut mengatakan perlu meluruskan pernyataan Ustadz Munzir Situmorang agar tidak salah informasi mengenai keberadaan Lembah Karmel. Romo Vincent menyebut Lembah Karmel merupakan sebuah lokasi doa yang didirikan untuk menjawab kebutuhan rohani umat Katolik di Jadobetabek, di tengah hiruk-pikuk keramaian kota.

Diketahui, Lembah Karmel terdapat di Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi. Pusat doa ini didirikan oleh imam ordo Karmel, Romo Yohanes Indrakusuma pada tahun1988. Sebagaimana spiritutalitas Carmelit, tempat ibadah ini juga populer sebagai destinasi pertapaan umat Katolik karena berada di tengah ketenangan alam.

“Itu dibangun oleh Romo Yohanes yang saat itu menjadi imam Ordo Karmel untuk menjawabi kebutuhan rohani bagi orang-orang Jakarta sampai ke Bogor, jauh dari keramaian. Karena mungkin banyak orang Katolik yang sibuk bekerja, kecapaian, butuh satu tempat dimana mereka lebih santai, lalu butuh kesunyian. Dibangunlah tempat itu. Kalau gereja itu besar karena banyak orang Katolik yang datang dan merayakan perayaan di situ,” ungkap Romo Vincent.

Romo Vincent juga menyebut apa yang disampaikan Munzir Situmorang sangat jauh dari kenyataan. Sebab, faktanya banyak warga di sekitar Lembah Karmel bekerja di lokasi pertapaan itu. Dia menegaskan, sampai saat ini tak satupun dari mereka yang masuk ke Gereja Katolik hanya karena bekerja di Lembah Karmel.