Jakarta – Dalam segmen kesehatan kali ini, mari kita bersama-sama menjelajahi sejumlah mitos seputar makanan untuk orang yang mengidap attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD. Untuk mengingatkan, ADHD adalah gangguan mental yang ditandai oleh kesulitan dalam memusatkan perhatian, kecenderungan impulsif, dan hiperaktif.

Kondisi ini dapat muncul karena ketidakseimbangan senyawa kimia atau neurotransmitter di dalam otak.

Berikut lima mitos seputar makanan bagi pengidap ADHD yang dibahas oleh para ahli diet.

  1. Mitos: Makanan Olahan Memperburuk Gejala ADHD

Penelitian tidak mendukung klaim ini. Madelyn Larouche, seorang ahli diet ADHD non-diet, menegaskan bahwa penelitian yang ada hanya bersifat studi kasus yang mengamati hubungan antara konsumsi makanan olahan pada anak-anak dan gejala ADHD mereka. Studi tersebut tidak dapat menunjukkan hubungan sebab-akibat. Perlu diingat bahwa makanan olahan tidak selalu merugikan; sebagian dapat menjadi sumber nutrisi yang baik untuk tubuh.

  1. Mitos: Gula Rafinasi Memperburuk Gejala ADHD

Penelitian kecil tentang gula dan ADHD juga tidak menemukan korelasi. Larouche menekankan pentingnya gula dan karbohidrat yang terurai menjadi gula sebagai sumber energi yang diperlukan tubuh. Keseimbangan asupan karbohidrat, protein, dan lemak dapat membantu menjaga stabilitas gula darah.

  1. Mitos: Gluten Memperburuk Gejala ADHD

Hingga saat ini, belum ada penelitian yang mendukung korelasi antara ADHD dan diet bebas gluten. Larouche menyarankan agar menghindari menghilangkan gluten tanpa alasan medis, karena hal ini dapat menyebabkan kekurangan nutrisi dan masalah pencernaan.

  1. Mitos: Produk Susu Memperburuk Gejala ADHD

Seperti gluten, Larouche menyatakan bahwa tidak ada penelitian yang menunjukkan hubungan antara produk susu dan ADHD, kecuali pada individu dengan alergi atau intoleransi. Menurutnya, membatasi produk susu tanpa alasan medis dapat mengakibatkan kekurangan kalsium dan vitamin D, yang mendukung kesehatan tulang.

  1. Mitos: Puasa Intermiten Mengurangi Gejala ADHD

Larouche menekankan bahwa orang dengan ADHD yang makan secara teratur setiap tiga hingga empat jam dapat mengalami peningkatan fokus dan energi. Puasa intermiten dapat menyebabkan gangguan energi, perubahan suasana hati, dan pemikiran berlebihan tentang makanan. Makan secara teratur dan memilih makanan bervariasi dapat mendukung tingkat energi dan kesehatan secara keseluruhan.