Tajukflores.com – Minggu Palma bukan sekadar hari minggu biasa. Judul resminya, “Minggu Palma Penderitaan Tuhan,” mencerminkan fokusnya pada Penderitaan Yesus menjelang wafat-Nya. Minggu Palma, yang jatuh pada tanggal 24 Maret 2024, merupakan perayaan penting bagi umat Katolik di seluruh dunia.
Hari ini menandai awal Pekan Suci, yaitu pekan terakhir Yesus di Yerusalem sebelum Ia disalibkan dan bangkit dari kematian (Triduum Paskah). Triduum Paskah dimulai dengan Misa Malam Perjamuan Kudus pada Kamis Suci, merupakan periode liturgi terpenting dalam tahun Gereja.
Tradisi Minggu Palma
Minggu Palma memperingati keyakinan Kristen akan kedatangan Yesus yang meriah ke Yerusalem, ketika Dia disambut oleh orang-orang yang bersorak-sorai sambil mengibarkan daun-daun palma yang mereka letakkan di tanah di sepanjang jalannya, sesuai dengan Alkitab.
Minggu Palma juga dikenal sebagai Minggu Penderitaan, ini menandai dimulainya Pekan Suci. Pekan paling sakral dalam tahun Kristen mencakup Jumat Agung kisah penyaliban dan kematian Yesus, serta keyakinan akan kebangkitan-Nya pada Paskah.
Dalam kisah Palma Minggu yang terdapat dalam Alkitab, sekelompok orang bersorak menyambut Yesus di sepanjang jalan. Beberapa menyebarkan pakaian mereka di tanah; yang lain melemparkan cabang-cabang hijau yang mereka potong dari ladang.
Dalam Injil Yohanes, mereka adalah cabang dari pohon palma, sebuah pohon yang melambangkan kemenangan dan kejayaan.
Dalam Injil Matius, orang-orang mulai berteriak: “Hosana kepada Anak Daud! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Hosana di tempat yang maha tinggi!” Kata “Hosana” merupakan seruan keselamatan dan seruan pemujaan.
Setelah prosesi, Alkitab mengatakan Yesus masuk ke Yerusalem dan pergi ke dalam bait Allah.
Pembacaan Dua Injil
Keunikan liturgi Minggu Palma terletak pada pembacaan dua Injil. Injil pertama menceritakan kisah Yesus memasuki Yerusalem dengan penuh kemenangan (Matius, Markus, atau Lukas), sedangkan Injil kedua berfokus pada kisah Sengsara Yesus (Markus).
Ini dijelaskan oleh John Grondelski John M. Grondelski, mantan dekan di Sekolah Teologi, Seton Hall University, South Orange, New Jersey, dikutip dari National Catholic Register.
Perbedaan dimulai sejak awal Misa. Biasanya, Misa dimulai dengan imam memasuki gereja dan berprosesi ke altar. Namun, pada Minggu Palma, ada tiga opsi masuk yang berbeda. Opsi pertama, “prosesi,” dimulai di luar gereja dengan imam dan umat bergerak dalam prosesi dengan daun-daun palma.
Opsi kedua, “masuk dengan khidmat,” dimulai di gereja dengan prosesi yang khidmat. Sedangkan opsi ketiga, “masuk dengan sederhana,” dimulai seperti Misa biasa.
Dalam Liturgi Sabda Minggu Palma, Injil yang dibacakan selalu berfokus pada penderitaan Tuhan menurut salah satu Injil Sinoptik (Matius, Markus, atau Lukas). Tahun ini, Gereja Katolik mendengar narasi penderitaan menurut Markus, yang merupakan narasi penderitaan terpendek.
Hal ini karena peristiwa penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus adalah inti dari kepercayaan Kristen, sehingga para penulis Injil memberikan perhatian khusus kepada peristiwa-peristiwa tersebut.
Selain itu, ada tradisi membagi narasi penderitaan menjadi bagian-bagian yang dibacakan oleh berbagai pembicara, termasuk imam, pembaca, jemaat, dan narator. Hal ini mencerminkan keberagaman audiens yang dituju oleh masing-masing penulis Injil, seperti Matius yang berbicara kepada orang-orang Yahudi yang berpindah menjadi Kristen.
Perbedaan dalam liturgi Minggu Palma juga terkait dengan sejarah dan perkembangan praktik liturgis di masa lalu. Pada awalnya, Gereja di Yerusalem ingin merayakan tidak hanya tempat-tempat penting dalam kehidupan Yesus tetapi juga sejarah keseluruhan peristiwa tersebut.
Tradisi prosesi dengan daun-daun palma yang dimulai di Yerusalem telah berkembang dan menyebar ke Eropa, memengaruhi praktik liturgis di sana.
Meskipun terjadi perubahan dalam pelaksanaan liturgi sepanjang sejarah, fokus pada penderitaan Yesus tetap konsisten, seperti yang tercermin dalam judul resmi Minggu Palma Penderitaan Tuhan. Ini menunjukkan pentingnya mengingat dan merenungkan penderitaan Yesus dalam rangkaian peristiwa menjelang Paskah.
Dengan demikian, Minggu Palma bukan hanya merupakan peringatan akan kedatangan Yesus yang meriah ke Yerusalem, tetapi juga kesempatan bagi umat Kristen untuk mendalami makna penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya, yang merupakan inti dari iman mereka.
Lalu mengapa dua Injil? Itu kembali ke dalam sejarah. Ingatlah bahwa, pada zaman kuno, sarana komunikasi modern kita tidak ada. Tidak ada mesin cetak, tidak ada surel.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.