Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan bahwa penyebaran nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia tidak terkait dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, menjelaskan bahwa karakteristik nyamuk Aedes aegypti di daerah yang telah dan belum disebarkan nyamuk Wolbachia tidak menunjukkan perbedaan.

Begitu pula dengan tanda dan gejala DBD pada orang yang digigit nyamuk tersebut.

“Secara keseluruhan, karakteristik dan gejalanya sama. Bahkan, tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes aegypti sebelum dan setelah Wolbachia dilepaskan,” terang Maxi dalam keterangan resmi, Selasa (2/4).

Gejala DBD yang umum terjadi meliputi demam tinggi, nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, mimisan, dan gusi berdarah.

Hingga saat ini, penyebaran nyamuk Wolbachia telah dilakukan di lima kota, yaitu Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat.

Pemilihan kelima wilayah tersebut mempertimbangkan kesiapan stakeholder dan masyarakat setempat.

Semarang menjadi lokasi pertama, diikuti Bontang dan Kupang. Namun, di Jakarta Barat, penyebaran nyamuk Wolbachia masih tertunda karena menunggu kesiapan masyarakat dan penandatanganan Nota Kesepakatan antara Pemprov DKI Jakarta dengan Kemenkes.

Pelaksanaannya sempat tertunda akibat pergantian pimpinan di DKI Jakarta.