Labuan Bajo – Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) kembali mengadakan webinar desa wisata dengan tema “Membangun Desa Wisata yang Unggul, Tangguh, dan Berkelanjutan”.
Webinar ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas SDM pengelola desa wisata di wilayah Floratama (Flores, Alor, Lembata, dan 2 Kecamatan di Bima).
Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh, menyampaikan bahwa webinar ini merupakan salah satu upaya BPOLBF untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan para pengelola desa wisata melalui sharing informasi dan diskusi.
Ia menekankan bahwa pengembangan desa wisata harus diiringi dengan penguatan SDM agar pariwisata dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal.
“Pengembangan desa wisata tidak bisa dilepaskan dari pembangunan masyarakat. Oleh karena itu, kita tidak boleh hanya fokus pada pembangunan destinasinya saja, tetapi juga perlu ada peningkatan SDM bagi masyarakat,” jelas Frans di Labuan Bajo, Kamis (16/5).
Lebih lanjut, Frans menjelaskan bahwa BPOLBF mendorong pengembangan desa wisata yang berkualitas dan berkelanjutan, dengan memperhatikan pelestarian budaya, menjaga lingkungan, dan memberdayakan masyarakat.
Ia berharap pengembangan desa wisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.
Webinar ini menghadirkan beberapa narasumber yang memberikan berbagai insight terkait pengembangan desa wisata. Ika Kusuma Permana Sari, Direktur Pengembangan SDM Kemenparekraf, menekankan pentingnya SDM dan peran kelembagaan dalam pengelolaan desa wisata.
Ia juga menyampaikan bahwa ke depan, Kemenparekraf akan menggagas konsep desa wisata berketahanan yang berfokus pada kekuatan peran serta komunitas dan kerja sama untuk membangun desa wisata, terutama dalam menghadapi berbagai krisis dan bencana.
“Konsep ini menitikberatkan kekuatan peran serta komunitas dan kerja tim yang aktif untuk membangun desanya terutama dalam menghadapi berbagai isu, krisis, dan bencana di desa wisata tersebut. Maka dengan itu, kekuatan kelembagaan di desa wisata juga perlu menjadi perhatian semua pihak sejak dini,” ungkap Ika Kusuma.
Narasumber kedua, Dhesta Titi Raharjana, Pegiat Wisata Kerakyatan dari Pusat Studi Pariwisata UGM Yogyakarta, menyampaikan bahwa dalam pengembangan desa wisata, perlu ada penguatan local champion yang memiliki komitmen dan leadership yang kuat.
Ia mengatakan bahwa local champion perlu dididik untuk membuat business plan, mengembangkan produk, memperkuat jaringan, melakukan mentorship bagi kelompok kerja, dan melakukan inovasi dalam pemasaran.
“Euforia mengembangkan desa menjadi daya tarik wisata perlu diimbangi dengan komitmen, leadership, dan transparansi, dalam menjalankan bisnis wisatanya agar berkelanjutan dan kompetitif,” kata Dhesta.
Benyamin Semandu, Wakil Ketua Pengelola Desa Wisata Wae Rebo, berbagi pengalaman dan praktik pengelolaan Desa Wisata Waerebo yang berkelanjutan dan berketahanan.
Ia menjelaskan berbagai upaya yang telah dilakukan, seperti pelatihan bagi masyarakat di bidang pertanian, peternakan, dan kriya, kajian budaya dan sejarah bersama dewan adat, kelas seni budaya, kelas budaya bagi generasi penerus, serta upaya konservasi seperti penanaman pohon dan pengelolaan sistem penanganan sampah plastik.
Di akhir webinar, Plt. Dirut BPOLBF mengajak semua insan pariwisata, terutama di desa wisata, untuk saling bekerja sama dan mempertahankan kelokalan.
Ia mengatakan bahwa desa wisata harus tetap menjaga nilai lokal, kearifan lokal, dan mengurangi industrialisasi agar memberikan pengalaman unik dan berkesan bagi wisatawan.
“Semua Pokdarwis, pengelola desa wisata, Bumdes, dan lintas pemangku kepentingan lainnya harus saling berkolaborasi dan bekerjsama. Selain itu, Desa Wisata juga harus tetap mempertahankan lokalitas, keaslian nilai, kearifan lokal, dan kurangi industrialisasi. Itu akan memberikan pengalaman unik dan berkesan bagi wisatawan yang berkunjung. Semakin kita melokal semakin menarik” tutupnya.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.