“Absennya Fabi Abu bisa dianggap sebagai bentuk pembangkangan terhadap aturan yang sudah ditetapkan KPU. Sebagai kandidat, seharusnya mereka menghormati tahapan pilkada, termasuk debat yang menjadi salah satu instrumen penting dalam menentukan pilihan masyarakat,” tegas Hima.

Meski alasan ketidakhadiran Fabi Abu yang beredar adalah karena ia sedang mengalami sakit keras, namun foto yang beredar di media sosial memperlihatkan Fabi Abu menyaksikan jalannya debat dari Rumah Perubahan, yang merupakan sekretariat kemenangan pasangan Heri-Fabi.

Hal ini semakin menambah polemik di kalangan masyarakat, mengingat Fabi Abu seharusnya berada di lokasi debat sesuai dengan ketentuan yang ada.

“Jika benar ia menyaksikan debat di Rumah Perubahan, ini membuktikan bahwa absen dalam debat bukan karena alasan sakit, melainkan karena ketidakhadiran yang disengaja. Ini jelas menimbulkan ketidakpercayaan dari masyarakat dan merugikan citra pasangan calon yang diwakilinya,” tambah Hima.

Debat kandidat, yang menjadi salah satu momen penting dalam proses demokrasi Pilkada, seharusnya dimanfaatkan oleh semua calon untuk memperlihatkan kualitas kepemimpinan mereka. Keputusan untuk tidak hadir tanpa alasan yang jelas bisa mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kandidat tersebut.

Ke depan, kata dia, diharapkan KPU dan Bawaslu dapat memberikan sanksi tegas bagi setiap kandidat yang melanggar aturan demi menjaga integritas dan kredibilitas pemilihan kepala daerah.