“Tetapi dari potret geografis Indonesia, dan efisiensi operasi pusat data pemerintah, kita perlu juga meletakan di kawasan Indonesia tengah dan Indonesia timur. Awalnya kita merencanakan pembangunan itu di Balikapapan, tetapi dengan adanya ibukota negara baru, maka nanti akan dibangun di ibukota negara baru. Dan di Labuanbajo yang keempat,” kata Johnny.

Johnny mengatakan, ada tiga pertimbangan teknis dalam penentuan lokasi pembangunan pusat data ini. Pertama, ketersediaan listrik yang memadai.

Baca Juga:  Males Macet Jumat Malam, Karyawan Pilih Naik Whoosh Balik ke Bandung

Kedua, harus tersedia fiber optic network yang memadai. “Kenapa memilih Labuan Bajo? Karena fiber optic network wilayah selatan Indonesia menghubungkan Indonesia barat, Indonesia tenggara dan Indonesia bagian timur, itu yang memungkinkan yang sagat sedikit aktivitas fulkanis bawah lautnya. Saat ini kita juga mempunya lintas utara melalui Kalimantan, Sulawesi-Manado, Maluku Utara, turun ke Biak dan Jayapura. Tetapi aktivitas vulkanisnya sangat besar sehingga berulang kali terjadi kabel lautnya terpaksa putus karena gunung bawah laut meletus,” jelas Johnny.

Baca Juga:  Hari Pangan Sedunia di Satar Mese, Bupati Deno Dorong Pemuda Kelola Sektor Pangan

Pertimbangan ketiga, harus tersedia cooling water system. “Ini hal-hal yang teknis, tetapi pertimbangan-pertimbangan teknis ini penting untuk bisa bangunnya satu pusat data yang nantinya menjadi kebijakan satu data Indonesia dalam mendukung electronic government sekaligus pengambilan keputusan berbasis data atau data driven policy,” pungkas Johnny.