Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate mengungkapkan pemerintah akan membangun empat pusat data berbasis cloud untuk mendorong terciptakan electronic government dan pengambilan kebijakan berbasis data (data driven policy).

Dari keempat pusat data tersebut, salah satu diantaranya akan dibangun di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Berbicara dalam sesi Leaders Talk pada acara Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indoensia 2022 di Bali, Johnny mengatakan saat ini dalam rangka electronic government, pemerintah menggunakan 2.700 pusat data dan server. Namun, menurutnya hanya 3% saja dari pusat data tersebut yang berbasis cloud sehingga sulit untuk interoperabilitas data untuk menghasilkan satu data sebagai implementasi dari data driven policy di Indonesia.

Karena itu, sebagai upaya efisiensi dalam pemerintahan, Kemenkominfo akan membangun empat pusat data berbasis cloud. Pusat data yang pertama akan dibangun di dekat Jakarta yaitu di kawasan Deltamas Industrial Estate.

Baca Juga:  PLN Sebut Cadangan Listrik di NTT Capai 77,4 MW

“Mudah-mudahan bulan-bulan depan ini bisa kita lakukan groundbreaking sehingga bisa langsung digunakan tahun 2024 nanti,” ujar Johnny dalam keterangannya yang dikutip Senin (11/7).

Pada saat yang sama, tambah Jhonny, secara simultan pemerintah sudah merancang pembangunan tiga pusat data lainnya yaitu Nongsa (Batam), dengan kapasitas yang hampir sama dengan yang di Jakarta.

“Tetapi dari potret geografis Indonesia, dan efisiensi operasi pusat data pemerintah, kita perlu juga meletakan di kawasan Indonesia tengah dan Indonesia timur. Awalnya kita merencanakan pembangunan itu di Balikapapan, tetapi dengan adanya ibukota negara baru, maka nanti akan dibangun di ibukota negara baru. Dan di Labuanbajo yang keempat,” kata Johnny.

Johnny mengatakan, ada tiga pertimbangan teknis dalam penentuan lokasi pembangunan pusat data ini. Pertama, ketersediaan listrik yang memadai.

Baca Juga:  Situasi Papua Terkini, 381 Personil Brimob Dikirim ke Nabire

Kedua, harus tersedia fiber optic network yang memadai. “Kenapa memilih Labuan Bajo? Karena fiber optic network wilayah selatan Indonesia menghubungkan Indonesia barat, Indonesia tenggara dan Indonesia bagian timur, itu yang memungkinkan yang sagat sedikit aktivitas fulkanis bawah lautnya. Saat ini kita juga mempunya lintas utara melalui Kalimantan, Sulawesi-Manado, Maluku Utara, turun ke Biak dan Jayapura. Tetapi aktivitas vulkanisnya sangat besar sehingga berulang kali terjadi kabel lautnya terpaksa putus karena gunung bawah laut meletus,” jelas Johnny.

Pertimbangan ketiga, harus tersedia cooling water system. “Ini hal-hal yang teknis, tetapi pertimbangan-pertimbangan teknis ini penting untuk bisa bangunnya satu pusat data yang nantinya menjadi kebijakan satu data Indonesia dalam mendukung electronic government sekaligus pengambilan keputusan berbasis data atau data driven policy,” pungkas Johnny.