Melkior Tunti, ayah kandung dari seorang bayi berusia kurang lebih empat bulan, membutuhkan biaya perawatan bagi anaknya yang lahir dalam kondisi tidak memiliki lubang anus (atresia ani).

Saat ini, bayi malang itu, Rafael A. Tunti, bertahan dengan anus buatan di bagian perutnya. Melkior merupakan warga Kampung Bere, Desa Bangka Ajang, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai.

Melkior mengaku telah disarankan dokter agar anaknya menjalani operasi di Denpasar, Bali. Namun, karena ketiadaan biaya, terpaksa keluargnya masih mengurungkan saran tersebut.

“Dokter saran anak kami dioperasi di Bali. Namun, keluarga kami kurang mampu, sehingga sampai saat ini bertahan dengan kondisi yang ada,” ujar Melkior kepada Tajukflores.com, belum lama ini.

Melkior mengaku sangat mengharapkan bantuan donatur, khususnya Pemerintah Kabupaten Manggarai.

Baca Juga:  Terungkap CCTV, Ini yang Dilakukan Putri Candrawathi dan Brigadir J di Rumah Irjen Ferdy Sambo

Mengutip halodoc, Atresia ani atau disebut juga anus imperforate adalah salah satu jenis cacat atau kelainan sejak lahir. Pada kondisi ini, perkembangan janin mengalami gangguan sehingga bentuk rektum (bagian akhir usus besar) sampai lubang anus umumnya terbentuk tidak sempurna.

Pada atresia ani, kelainan juga bisa terjadi di area tubuh yang lain seperti kelainan di organ pencernaan, saluran kemih, hingga kelamin.

Umumnya dikategorikan sebagai berikut:

Kelainan di tingkat bawah, yakni berupa lubang anus yang menyempit atau sama sekali tertutup akibat usus rektum yang masih menempel pada kulit.

Lubang anus yang tertutup umumnya disertai dengan cacat lahir lain, seperti gangguan jantung, masalah pada sistem saraf pusat, atau anomali pada tangan dan kaki.

Baca Juga:  Pemprov NTT Diminta Fokus Cegah Penyebaran Virus Corona di Labuan Bajo

Kelainan di tingkat atas, yaitu posisi usus besar yang terletak di rongga panggul bagian atas dan terbentuknya fistula yang menghubungkan rektum dan kandung kemih, uretra, atau vagina.

Fistula, merupakan terowongan abnormal yang muncul antara dua saluran normal seperti antara pembuluh darah, usus, atau organ tubuh.

Lubang posterior atau kloaka yang persisten, yakni kelainan yang menyebabkan rektum, saluran kemih, dan lubang vagina bertemu pada satu saluran yang sama.

Faktor Risiko Atresia Ani

Ada berbagai macam faktor yang bisa meningkatkan risiko atresia ani pada bayi, antara lain:

. Jenis kelamin. Atresia ani terjadi lebih banyak pada bayi laki-laki dibandingkan bayi perempuan.