Jakarta – Free Fire (FF), game battle royale mobile yang populer, telah menjadi fenomena global dengan jutaan pemain aktif di seluruh dunia, termasuk anak-anak di Indonesia. Di balik keseruannya, game online Free Fire juga menyimpan bahaya kecanduan, terutama bagi anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

Psikolog Anak dan Pendidikan UGM, Novi Poespita Candra, menjelaskan bahwa bermain game online dapat memicu hormon dopamin, oksitosin, serotonin, dan endorfin yang memicu rasa senang dan ketagihan.

“Bermain game online dapat merangsang keempat hormon itu sehingga bisa membuat adiksi,” ujar Novi.

 Novi mengingatkan akan bahaya yang dapat ditimbulkan.jika bermain game online dalam durasi yang lama.

Anak-anak yang terpapar konten kekerasan dalam game online berisiko meniru dan mengadopsi perilaku agresif tersebut dalam kehidupan nyata.

“Jika game online itu tipe yang agresif atau ada unsur kekerasannya, maka itu akan menjadi role model baru bagi anak, katanya.

Terlalu asyik bermain game online, lanjut Novi, juga dapat membuat anak menjadi pribadi yang antisosial. Paparan kekerasan yang terus menerus dapat membuat anak menjadi tidak peka terhadap rasa sakit dan penderitaan orang lain.

“Anak cenderung tidak peka jika ada yang memanggil atau meminta tolong,” beber dia.

Bermain game online, menurut Novi, juga dapat menyebabkan kelelahan kronis. “Selain itu juga ada bahaya radiasi dari gadget atau layar terhadap mata. Bahkan bisa juga menyebabkan cancer dan kelainan struktur tubuh,” lanjutnya.

Untuk menghindarkan anak dari kecanduan game online, Novi menyarankan agar orang tua membatasi anak dalam mengakses gadget dan permainan online di dalamnya.