Pasar ini hanya berlangsung selama satu setengah jam, dari jam 6 Wita hingga jam 7.30 Wita.

Pasar ini menjadi tempat pertemuan antara petani dan nelayan setempat, di mana barang-barang seperti garam, ikan, pisang, ubi, beras, dan produk pertanian lainnya ditukar secara tradisional (barter).

Selain pasar barter, keberadaan situs-situs sejarah seperti batu balok dan batu meja menambah daya tarik wisata budaya Warloka.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (KPP) Manggarai Barat, Fatinci Reynilda, menegaskan komitmennya untuk menjaga pasar barter Warloka karena potensi pariwisata yang unik dan langka di era modern ini.

“Ke depannya pasar barter Warloka pasti terus dilestari, antara lain karena alasan pariwisata. Di zaman moderen seperti sekarang, ini unik dan langka,” kata Fatinci.

Dia berharap bahwa pembangunan kalamo dan kedekatan dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Golo Mori akan mendorong kemajuan Warloka, memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat setempat, dan pada akhirnya, menjadikan Warloka sebagai destinasi wisata terkemuka di Manggarai Barat.

“Dengan begitu, cepat atau lambat Warloka bakal jadi destinasi baru di Manggarai Barat,” pungkas Fatinci.