Sarah mengatakan, banyaknya kasus pelanggaran HAM di Sumatera Barat dipicu oleh Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan tidak mempertimbangkan kemanusian dan HAM.
Bahkan, kata Sarah, pada konteks pelanggaran HAM Berat Masa lalu, sejauh ini Negara seolah-olah membiarkan pelaku pelanggar HAM dan kekuasan masih membiarkannya untuk menjadi orang nomor satu di republik ini.
“Kami mengajak kepada generasi muda agar sama-sama mengawal kasus pelanggaran HAM Berat Masa lalu dan pelanggaran HAM pada hari ini,” jelas Sara.
Sementara itu, Dr. Muhammad Jamil, Pengamat Politik dan Kebijakan Publik, menjelaskan, akhir-akhir ini harus diakui ketakutan itu terjadi juga di kalangan akademis.
“Negara yang menganut sistem demokrasi semestinnya tidak takut dalam berpendapat. Karena demokrasi tidak mengenal ancaman dan bahkan teror kepada publik,” jelas Jamil.
Menurut Jamil, Buku Hitam Prabowo ini tidak bermasalah. Karena memang berbasis data-data dan sejumlah informasi penting yang sangat akurat. Maka, buku ini layak untuk dibaca oleh publik. Karena sejauh ini, Buku Hitam ini belum ada yang membantah.
Jamil juga menyoroti terkait dinamika demokrasi yang terjadi belakangan ini. “Demokrasi kita ini telah diperkosa oleh segelintir orang,” jelas Jamil.
Hal itu, jelas Jamil, terkonfirmasi melalui keputusan MKMK di mana terjadi pelanggaran etik berat pada pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wapres pada Pemilu 2024 mendatang.
Panitia penyelenggara diskusi, Yoga***, mengatakan, diskusi tersebut digelar untuk memberikan informasi kepada publik tentang fakta sejarah yang belum terungkap.
“Kami ingin publik tahu siapa sebenarnya Prabowo Subianto. Kami tidak ingin Indonesia dipimpin oleh orang yang memiliki sejarah kelam masa lalu,” kata Yoga.
Diskusi tersebut berlangsung selama kurang lebih dua jam. Meskipun sempat diwarnai ricuh, diskusi tersebut tetap berjalan dengan lancar.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.