Hal ini juga didukung oleh rendahnya kandungan uap air di atmosfer. “Uap air ini salah satu fungsinya adalah menyerap panas,” tambah Maria Patricia.

Berkurangnya uap air pada musim kemarau berdampak pada panas dari permukaan bumi yang dilepaskan pada malam hari langsung terlepas ke lapisan yang lebih tinggi.

Akibatnya, tidak ada panas yang tersimpan di dekat permukaan bumi, sehingga pada pagi hari udara akan terasa lebih dingin.

Baca Juga:  Tren Positif Kunjungan Wisata selama Sepekan Libur Lebaran di Labuan Bajo

Lebih lanjut, topografi dan posisi geografis juga mempengaruhi suhu di suatu tempat. Daerah yang berbukit-bukit akan memiliki suhu udara yang berbeda dengan daerah dataran terbuka.

Tempat yang lebih tinggi akan memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan tempat yang lebih rendah.

Baca Juga:  Gelombang Tinggi, Balawista Lebak Larang Wisatawan Berenang di Pesisir Pantai Selatan Banten

“Kota Ruteng yang topografinya lebih tinggi dari Labuan Bajo mencatat suhu minimum dua hari terakhir mencapai delapan derajat Celsius, sementara suhu minimum di Labuan Bajo masih berkisar antara 20-21 derajat Celsius,” katanya.

Maria Patricia mengatakan fenomena suhu dingin ini diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2024.