Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, sebelumnya menjelaskan bahwa potensi dampak bencana akibat hujan di sejumlah wilayah Indonesia masih tinggi, meskipun seharusnya sudah memasuki musim kemarau.

Potensi peningkatan hujan dipicu oleh beberapa dinamika atmosfer yang masih aktif di wilayah Indonesia, yakni fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang ekuatorial Rossby Kelvin, pola sirkulasi siklonik, dan La Nina yang memperkuat potensi pembentukan awan penghujan.

Kombinasi pengaruh fenomena-fenomena tersebut diprakirakan oleh tim meteorologi BMKG dapat menimbulkan potensi hujan berintensitas sedang hingga lebat, disertai kilat/petir dan angin kencang.

BMKG menilai kondisi demikian juga bisa menimbulkan dampak cuaca ekstrem dan kebencanaan hidro-meteorologi yang meliputi banjir, banjir bandang, angin puting beliung, tanah longsor, dan lainnya, meskipun di saat yang bersamaan Indonesia akan menghadapi puncak musim kemarau pada medio dasarian II Juli – September 2024.