Ia menyampaikan beberapa poin penting tentang konten budaya yang harus ditampilkan di Parapuar seperti pola perkampungan, susunan rumah menurut statusnya dalam pola perkampungan, dan orientasi pola perkampungan masyarakat Manggarai yang sarat akan makna dan kearifan lokal.

Menurut Gabriel Mahal Parapuar Labuan Bajo ingin membangun kesadaran akan lingkungan dan budaya dan ketika membangun Parapuar, itu seperti membangun kampung baru.

Lebih lanjut jika membangun kampung baru maka harus mengikuti pola kampung lama orang Manggarai dan Parapuar Labuan Bajo dapat menyatukan itu semua dan merepresentasikan Gendang One Lingko Pe’ang.

“Itu adalah jiwa dari Parapuar, kawasan ini dapat memunculkan kembali pola perkampungan Masyarakat Manggarai,” katanya.

Ia menjelaskan filosofi Gendang One Lingko Pe’ang merupakan ruang hidup orang Manggarai yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur.

Ruang ini, lanjut dia, secara umum mencakup lima bagian, yaitu Kampung (Beo Bate Elor atau Natas Bate Labar), Rumah Adat (Mbaru Bate Kaeng, Mbaru Gendang), Altar Persembahan (Compang Bate Takung), Kebun (Uma Bate Duat atau Lingko) dan Sumber Air (Wae Bate Teku).

Lebih lanjut, Gabriel Mahal juga menjelaskan selain konten-konten budaya, yang harus juga diperhatikan juga adalah ritual-ritual adat yang perlu dilakukan saat pembangunan atau pengembangan dilakukan di Parapuar Labuan Bajo.

“Selain itu, kita juga harus memperhatikan ritual adat yang perlu dilakukannya sehingga Parapuar punya spirit (semangat) dan value (nilai) yang saling terkoneksi,” katanya.