“Dengan menutup TNK satu hari saja, wisatawan bisa melakukan kegiatan wisata di Labuan Bajo, meningkatkan lama tinggal mereka, dan memberikan kesempatan bagi TNK untuk pulih,” jelas Hendrikus.

Saat ini, jumlah wisatawan yang datang ke TNK sulit dikontrol karena belum ada pembatasan jumlah kunjungan.

Oleh karena itu, BTNK menggandeng lembaga pendidikan tinggi dan Badan Pelaksana Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF) untuk melakukan kajian daya tampung dan daya dukung kawasan, sehingga jumlah turis yang berkunjung bisa dikontrol.

Sebelumnya, Pemerintah Pusat melakukan kajian yang merekomendasikan pembatasan jumlah wisatawan ke TN Komodo maksimal 219.000 orang per tahun, untuk mencegah perubahan perilaku komodo dan kerusakan lingkungan akibat kelebihan pengunjung.

Baca Juga:  Mengapa Kapal Pesiar Mewah Tinggalkan Australia?

“Tahun ini akan dilakukan studi oleh Pusat Kajian Pariwisata UGM yang didukung BPOLBF tentang daya dukung dan daya tampung TN Komodo. Kami menyadari jumlah kunjungan harus dibatasi,” tambah Hendrikus.

Selain menjaga kelestarian TNK, penutupan reguler ini juga bertujuan:

  • Memberikan kesempatan bagi kawasan dan sumber daya alam TNK untuk beristirahat dan memulihkan diri dari tekanan aktivitas wisata yang intens.
  • Menjadikan daya tarik wisata di daratan Pulau Flores sebagai tujuan wisata utama selain TNK.
  • Mendorong peningkatan peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar daya tarik wisata di Pulau Flores dan sekitarnya.
  • Meningkatkan efektivitas pengelolaan TNK melalui penataan kembali SDM, infrastruktur, dan hubungan dengan para pihak, terutama masyarakat di dalam kawasan, sebagai bagian dari revitalisasi instrumen pengelolaan TNK.
Baca Juga:  Waspada! 4 Orang Pengunjung di Kota Wisata Labuan Bajo Terkonfirmasi Positif Omicron

Dengan langkah-langkah ini, BTNK berharap dapat menjaga kelestarian Taman Nasional Komodo sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan pariwisata berkelanjutan di Labuan Bajo dan sekitarnya.