Jakarta – Ada perkembangan baru dalam hubungan teknologi antara Amerika Serikat dan China. China baru saja mengeluarkan aturan baru yang akan secara bertahap menghilangkan prosesor dan perangkat lunak Amerika Serikat dari komputer dan server pemerintahnya.

Mengutip Tech Spoit, aturan ini mengharuskan penggantian CPU (Central Processing Unit) dari Intel dan AMD, serta sistem operasi Microsoft Windows dan perangkat lunak database buatan luar negeri. Sebagai gantinya, China akan menggunakan alternatif buatan dalam negeri.

Meski aturan ini diumumkan pada 26 Desember 2023, pemberlakuannya baru terjadi sekarang, seperti yang dilaporkan oleh Financial Times.

Aturan ini mewajibkan lembaga pemerintah di atas tingkat kecamatan untuk memasukkan kriteria yang mensyaratkan prosesor dan sistem operasi yang “aman dan terpercaya” saat melakukan pembelian.

Pusat Evaluasi Keamanan Teknologi Informasi China telah menerbitkan daftar produk yang dianggap aman dan terpercaya ini.

Semua CPU berasal dari perusahaan China, termasuk Huawei dan Phytium, dengan arsitektur campuran x86, Arm, dan buatan dalam negeri.

Alasan China dan Dampak pada Perusahaan AS

China sudah bertahun-tahun berupaya mengurangi ketergantungannya pada teknologi luar negeri demi produk domestik. Kebijakan “Made in China 2025” bertujuan untuk mengubah citra China dari pabrik dunia menjadi kekuatan teknologi global.

Dampak kebijakan ini akan besar bagi Intel dan AMD. China adalah pasar terbesar Intel tahun lalu, menyumbang 27% dari pendapatan $54 miliar mereka.

Sementara itu, China menghasilkan $23 miliar bagi AMD, atau 15% dari penjualannya. Namun, dampaknya pada Microsoft diperkirakan lebih kecil, karena China hanya menyumbang sekitar 1,5% dari pendapatannya.

Hubungan yang Tegang dan Strategi Serupa AS

Langkah melarang CPU AS di lembaga pemerintah ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Washington.

Pemerintah Amerika Serikat sendiri selama bertahun-tahun telah membatasi kemampuan China untuk memproduksi chip canggihnya sendiri.

Baru-baru ini, produk AI canggih dari Nvidia dilarang diekspor ke China, yang mendorong perusahaan tersebut menciptakan alternatif khusus China yang kurang bertenaga.

Menariknya, Amerika Serikat juga melakukan hal serupa dengan China untuk mengurangi ketergantungan pada negara tersebut dan Taiwan untuk semikonduktor mereka.

Melalui CHIPS Act, Amerika Serikat menyediakan subsidi sebesar $52 miliar bagi perusahaan untuk memindahkan manufaktur kembali ke AS.

Intel baru saja menerima dana terbesar dari CHIPS Act hingga saat ini: $8,5 miliar dalam bentuk pendanaan, ditambah pinjaman $11 miliar dan kredit pajak investasi 25% untuk investasi modal hingga $100 miliar.