Kemudian Ada Rheza Herwindo, anak dari Setya Novanto mantan Ketua Umum Partai Golkar, terpidana korupsi E-KTP. Namanya tercatat di dalam 3 (tiga) perusahaan tambang batu bara yakni PT. Eka Dwi Panca, PT. Mutiara Panca Pesona, dan PT. Panca Arta Mulia Serasi. Perusahaan perusahaan milik keluarga Setya Novanto (Setnov) ini ditemukan berada di ring dua lokasi IKN.

Selain itu ada nama Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Kabinet Indonesia Maju. Pemilik perusahaan tambang batu bara ini terhubung melalui perusahaan PT. Toba Group yang anak grupnya antara lain PT. Adimitra Baratama Nusantara, PT. Trisensa Mineral Utama, PT. Kutai Energi, PT. Indomining dan kebun sawit PT. Perkebunan Kaltim Utama I yang seluruhnya berada di Kecamatan Muara Jawa yang juga merupakan lokasi ring tiga IKN.

Perusahaan-perusahaan milik Luhut ini meninggalkan 50 lubang tambang yang menganga dan diduga akan mendapatkan keuntungan pemutihan dosa dari kewajiban reklamasi.

Di tempat yang tidak jauh, konsesi lain tercatat atas nama Yusril Ihza Mahendra, sosok ketua tim pengacara pasangan Jokowi dan Ma`ruf Amin dalam sengketa pilpres 2019. Nama Yusril tercatat memiliki saham, sekaligus menjabat sebagai komisaris utama perusahaan tambang batu bara PT. Mandiri Sejahtera Energindo Indonesia di Kecamatan Sepaku lokasi ring dua IKN.

Terkecuali Yusril, hampir semua pemilik konsesi tidak mengklarifikasi perusahaan miliknya di lahan IKN.

Lalu bagaimana mereka yang punya konsesi ini berpotensi diuntungkan? Ahmad mengatakan, potensi diuntungkan itu bisa dilihat dari beberapa modus tukar guling. Baik tukar guling kawasan hutan, tukar guling terhadap areal yang telah dibebani izin, tukar guling terhadap areal yang telah dibebani hak atas tanah atau bahkan tukar guling aset negara dalam kaitannya dengan Jakarta.

“Tukar guling misalnya, ada ketentuan dua kali mereka mendapatkan luasan dua kali. Kemudian kita bisa bayangkan mereka akan dapat dimana kalau misalnya mereka angkat kaki kemudian ada tukar guling di atas skema tersebut. Kita bayangkan dimana yang masih mungkin gitu kan. Dan kita harus pelototi apa yg terjadi dengan Papua, karena mungkin saja kalau misalnya tukar guling itu dua kali luasan asalnya,” ungkapnya.