“Persoalan ini sebenarnya ada di kontraktor, merekalah yang mesti bertanggung jawab. Jangan sampai karena kerja mereka yang buruk citra pemerintah jadi rusak. Oleh karena itu, kami akan terus awasi ini,” tegas Matias.
Matias pun berharap selain pemerintah, masyarakat juga harus terus mengontrol dan mengawasi proses pembangunan infrastruktur di Manggarai. Sehingga pada akhirnya nanti tidak ada satu pihak yang dirugikan.
“Saya juga sangat berterima kasih kepada masyarakat yang telah menyampaikan informasi ini. Dengan begini kami bisa tahu dan segera mengambil sikap. Ini penting, masyarakat memang harus terlibat dalam proses pengawasan pembangunan,” tutupnya.
Melansir Radio Manggarai 88,00FM Ruteng, Direktur PT Wijaya Graha Prima, Fredy, mengakui adanya berbagai kerusakan pada proyek yang dikerjakanya tersebut.
“Sebenarnya ada beberapa hal yang menyebabkan adanya kerusakan itu. Pertama untuk drainase itu disebabkan oleh kualitas pasir yang kurang bagus. Sebaik apapun campuranya kalau pasir tidak bagus maka tidak cepat kering, kemudian pas hujan datang maka akan rusak,” ungkapnya.
Terkait jalan hotmix di Desa Nenu, Baba Ping mengatakan hal itu disebakan karena itu merupakan tanah tampung dan teksturnya masih lembek dan belum padat.
“Di sana itu di dasarnya rawah-rawah, jadi ada kandungan air yang membuat tanahnya tidak mudah padat. Tapi nanti kerusakan itu akan kita perbaiki. Mungkin belum sekarang, kita pastikan dulu tanahnya sudah padat kemudian kita kerjakan kembali,” jelasnya.
Selain itu, kata dia, saat ini proyek tersebut sementara berlangsung artinya segala kerusakan akan menjadi tanggung jawabnya. Bahkan itu akan berlaku sampai selesai masa pemeliharaan.
“Jadi, semua kerusakan itu nanti akan diperbaiki. Baik itu hotmix, drainase atau apapun yang rusak, akan kami perbaiki. Tidak hanya tahun ini, pada tahun sebelumnya kami juga pernah mengalami hal serupa tetapi kami perbaiki,” pungkasnya.