Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar tingkat stunting di Indonesia harus bisa turun ke level 14% pada tahun 2024. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, tahun 2022 lalu, tingkat stunting berhasil diturunkan ke level 21,6% dari sebelumnya 24,4%.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih ke seluruh provinsi yang sudah mendorong program (penurunan) stunting ke seluruh dinas kesehatan kabupaten/kota, yang juga sudah bekerja dengan sangat keras untuk menurunkan angka stunting. Secara nasional turun, ada memang beberapa provinsi-provinsi yang turunnya cukup drastis,” kata Budi saat Sosialisasi Kebijakan Intervensi Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2023, Jumat (3/2) secara virtual.

Budi mengatakan, pada tahun 2023 ini, tingkat stunting harus terus diturunkan, setidaknya hingga ke level 17-an persen, sehingga target menurun ke level 14% pada tahun 2024 dapat tercapai.

Lantas apa upaya konkret yang dilakukan untuk mengatasi stunting ini? Budi mengakui stunting ini masalah yang komples. Intervensi yang dilakukan tidak hanya dari sisi kesehatan, tetapi juga aspek lain di luar kesehatan.

Mengutip penelitian WHO, Budi mengatakan, 70% penyebab stunting bisa diatasi dengan intervensi sensitif di luar bidang kesehatan. Bidang kesehatan hanya pegang 30%.

“Itu sebabnya kenapa stunting ini dikoordinasikan oleh Wakil Presiden dan juga Wakil Presiden meminta BKKBN untuk mengkoordinasikan hal tersebut. Karena bukan hanya Kemeterian Kesehatan saja, tetapi ada Kementerian Pendidikan, Kementerian Sosial, Kementerian Pertanian, PU dan lain sebagainya yang harus dikoordinasikan bersama,” ujarnya.

Kementerian Kesehatan sendiri, jelasnya, telah menyiapkan 11 upaya intervensi untuk mengatasi masalah stunting ini. Ke-11 intervensi program ini diarahkan pada dua fase pertumbuhan yaitu fase ibu hamil atau sebelum melahirkan dan fase sesudah melahirkan yaitu bayi berusia 0-24 bulan.

“Kenapa kita fokus pada dua fase ini? Karena fase ini adalah fase yang determinan terhadap stunting. Penyebab tingginya stunting itu di fase-fase ini,” ungkap Budi.

Dari 11 program intervensi ini, salah satu program yang penting dan mencakup ke kedua fase ini, yaitu program pendidikan atau promosi mengenai stunting.

Selanjutnya, untuk fase sebelum melahirkan, ada dua program intervensi. Pertama, intervensi ke remaja putri di kelas VII dan kelas X.

“Intervensinya adalah kasih tablet tambah darah. Karena remaja putri ini, kalau bisa sebelum hamil jangan anemia,” ujar Budi.

Budi mengatakan, setiap intervensi ini ada pengukurannya. Jadi, selain memberikan tablet tambah darah, para remaja putri kelas VII da X ini juga diukur hemoglobin (HB-nya.

Pengukuran ini dilakukan melalui program Aksi Bergizi yang dilakukan bersama Puskesmas. Remaja putri dengan kadar HB di bawah 12, segera diberikan tablet tambah darah.

Kelompok intervensi kedua, untuk fase sebelum melahirkan adalah intervensi pada ibu hamil. Ibu-ibu hamil juga diberikan tablet tambah darah. Selain itu, para ibu hamil juga memastiakan kecukupan gizinya.