“Adanya festival Caci, maka itu sebagai momentum melestarikan budaya antraksi. Karena itu pementasan tarian ini biasanya disesuaikan dengan musim dan punya makna tersendiri di setiap pementasan,” katanya.

Anggota Komisi V DPRD NTTĀ ini mengatakan, tarian ini juga memiliki dampak lain dalam dunia pariwisata, sehingga harus menjadi tontonan yang memberi kesan tersendiri bagi masyarakat Indonesia dan Dunia.

“Kalau sudah memberikan kepuasan dan daya tarik bagi wisatawan maka secara ekonomi juga harus berdampak dengan cara para penikmat tarian caci.

Artinya bahwa festival ini harus mengeluarkan biaya,sehingga semangat pemilik budaya ini tetap hidup dari masa ke masa,” pungkasnya.

Yohanes juga mengharapkan para tua adat harus mampu meregenerasikan tarian ini kepada orang muda perempuan maupun laki-laki.

Untuk diketahui, Tarian Caci merupakan tari perang sekaligus permainan rakyat antara sepasang penari laki-laki yang bertarung dengan cambuk dan perisai.