Denpasar, Bali – Dumogi Amor Ing Acintya merupakan ungkapan dalam bahasa Bali yang mengekspresikan rasa belasungkawa dan duka cita kepada seseorang yang telah meninggal dunia.
Secara harfiah, ungkapan tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu “Dumogi” yang berarti harapan, “Amor” yang berarti bersatu atau menyatu, “Ing” yang berarti di, dan “Acintya” yang merujuk kepada Tuhan yang Maha Tinggi.
Dalam konteks penggunaannya, Dumogi Amor Ing Acintya menyiratkan doa dan harapan yang tulus agar roh yang telah meninggal dapat diterima oleh Tuhan Yang Maha Tinggi.
Ungkapan ini sering diberikan kepada keluarga, saudara, atau sahabat yang sedang berduka atas kepergian orang yang mereka sayangi.
Selain sebagai ungkapan langsung, Dumogi Amor Ing Acintya juga dapat digunakan sebagai caption dalam unggahan media sosial sebagai bentuk penghormatan dan empati kepada keluarga atau teman yang berduka.
Dalam tradisi pemakaman di Bali, seperti dalam upacara Ngaben, Dumogi Amor Ing Acintya sering diucapkan sebagai bagian dari doa dan harapan bagi almarhum.
Apa itu Upacara Ngaben di Bali?
Upacara Ngaben sendiri merupakan prosesi pembakaran jenazah (kremasi) yang diiringi dengan berbagai ritual adat, yang dianggap sakral dan penting dalam budaya Bali.
Upacara Ngaben merupakan salah satu tradisi penting dalam agama Hindu di Bali. Upacara ini dilakukan untuk mengantarkan roh orang yang telah meninggal dunia kembali ke Sang Pencipta.
Ngaben berasal dari kata “beya” yang berarti bekal, menunjukkan proses mempersiapkan roh untuk kembali ke sumbernya. Dalam upacara ini, Dewa Brahma dianggap hadir melalui api yang membakar jasad, menyucikan roh dari segala kotoran.
Proses ini penting karena diyakini bahwa roh yang terlalu lama terikat pada tubuh akan menderita.
Ngaben merupakan upacara mahal dan penting bagi masyarakat Bali, dan mereka yang mampu harus segera melaksanakannya. Seluruh komunitas setempat terlibat dalam persiapan upacara ini.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.