Meskipun transportasi darat menjadi pilihan utama, Ruteng juga dapat diakses melalui penerbangan, memudahkan para pengunjung dari berbagai kota di sekitarnya.

Ruteng, sering disebut sebagai kota dingin di Flores, bersaing dengan Bajawa sebagai salah satu kota dingin di daerah ini. Terletak di ketinggian 1.200 mdpl di atas permukaan laut, Ruteng menawarkan suhu udara di bawah 10°C pada musim kemarau, meskipun terkena sinar matahari yang cukup terik.

Kota Ruteng juga berfungsi sebagai kota transit sebelum mengunjungi spot wisata di sekitarnya. Dari Ruteng, pengunjung dapat menjangkau Desa Wisata Wae Rebo, sawah jaring laba-laba, atau situs Liang Bua.

Mayoritas penduduk Kota Ruteng beragama Katolik, dengan Gereja Katolik yang telah berusia lebih dari satu abad. Ruteng menjadi pusat karya misi dan perkembangan Gereja Katolik di Manggarai.

Katedral Lama Ruteng.jpg
Katerdal Ruteng (lama). Foto: Marcel Gual/Tajukflores.com

Kehadiran misionaris Eropa memiliki peran besar dalam memajukan berbagai bidang, terutama dalam dunia pendidikan, dari tingkat dasar hingga tinggi, melalui pendirian formal dan inisiasi pendidikan nonformal.

Gereja Katedral lama, dengan arsitektur khasnya dan sejarahnya yang kaya, menjadi landmark kota. Selain sebagai tempat ibadah, gereja ini juga menjadi saksi perkembangan Gereja Katolik di Manggarai.

Ruteng tidak hanya kaya akan warisan religius, tetapi juga menghidupi tradisi budaya. Beberapa komunitas, seperti komunitas beo, mempertahankan warisan leluhur, termasuk rumah adat dan unsur-unsur budaya lainnya. Ini mencerminkan keberagaman dan kekayaan budaya Manggarai yang terus dijaga dan dilestarikan di tengah perkembangan kota.