Perarakan dimulai dari Gereja Stela Maris Labuan Bajo dilanjutkan ke Dermaga Kampung Ujung dan diterima dengan Tarian Paguyuban Ende Lio, lalu kemudian dilanjutkan kembali dengan prosesi laut.
Kurang lebih ada 20 perahu ketinting mendampingi kapal perarakan menuju dermaga Waterfront City dan dilanjutkan dengan doa bersama sembari berjalan menuju tempah ziarah Gua Maria di Golo Koe. Atraksi religi yang menjadi unggulan Festival Golo Koe ini disambut antusias masyarakat setempat dan pengunjung yang hadir.
“Saya mengikuti prosesi ini dengan penuh rasa haru karena baru pertama kali mengikuti perarakan patung Bunda Maria yang seperti ini, di laut dan darat. Selama 3 malam berturut-turut saya bersama teman-teman juga selalu ke Waterfront untuk menonton berbagai atraksi yang disuguhkan dan berbelanja produk kuliner yang disediakan di booth UMKM,” ujar Windi, salah seorang pengunjung.
Festival religi berbalut seni budaya sekaligus lingkungan ini dibuka dengan pentas seni budaya, parade Marching Band dari SMPK St. Ignatius Loyola, parade budaya perwakilan 82 paroki, komunitas dan lembaga di Keuskupan Ruteng, serta drumband dari MAN Manggarai Barat.
Selain parade, beragam tarian dan ritual budaya setempat juga menyemarakkan festival, seperti Tarian Sanda Lelang dan Jaga Wela Bombang, penerimaan secara adat (Kepok Tiba Meka), dan Tarian Tiba Meka yang ditarikan 350 penari dari perwakilan SMAK St. Ignatius Loyola dan Unika Santu Paulus Ruteng.
Trian Tiba Meka (menerima tamu) sendiri merupakan tarian khas Manggarai untuk menunjukan adab orang dalam Reis (nenyapa), Raos (harmonis/persaudaraan), dan Raes (ada bersama).
Sebanyak 152 UMKM turut hadir meramaikan festival yakni UMKM yang berasal dari komunitas, paroki, perorangan baik dari bidang kriya, fashion, maupun kuliner di wilayah Keuskupan Ruteng yaitu Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur memberi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin berbelanja.
Selama kegiatan itu berlangsung, festival ini terus ramai dipenuhi wisatawan dari siang hingga malam dan mampu menyedot 1.500 peserta dari 86 komunitas dan lembaga di Keuskupan Ruteng.
Para pengunjung baik wisatawan lokal maupun manca negara disuguhi dengan penampilan pentas Sendratasik (Seni, Drama, Tari, dan Musik) dari berbagai paguyuban etnik, paroki, komunitas dan sekolah-sekolah.
Tidak saja mengenalkan budaya lokal, event ini juga diisi oleh penampilan dari komunitas etnis seperti Jawa dengan Tarian Reog Ponorogo serta penampilan tarian dari Etnis Nagekeo.