“Ini menjadi hal wajar bagi kami hidup berdampingan dan berbeda-beda dengan saling menghargai. Kita bersebelahan dalam keseharian dan saling mengadakan acara atau silaturahmi satu sama lain,” ungkap Yuliana.

Kultur masyarakat NTT yang toleran, katanya, sudah mengakar dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak ada pembedaan seperti misalnya untuk mencari tempat tinggal, tempat kerja, maupun sekolah berdasarkan latar belakang agama.

Baca Juga:  Begini Cara Cek Pengumuman Hasil SKD CPNS 2023 dan Syarat Lolosnya

Pengurus FKUB NTT Sisilia Sona menambahkan bahwa untuk Kota Kupang pembangunan rumah ibadah juga melibatkan umat maupun pemimpin dari agama lainnya dan tidak ada pembatasan atau larangan.

Baca Juga:  Sejumlah Tokoh Akan Hadir di Deklarasi KAMI, Ada Rocky Gerung dan Neno Warisman

“Karena kita punya kesadaran lokal bahwa kita semua saudara,” kata mantan Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTT ini.

Ia menjelaskan, pemerintah di NTT sering berkomunikasi dengan semua pemimpin agama maupun melibatkan semua pemimpin agama dalam berbagai kegiatan untuk masyarakat. (Antara).