Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Deli Serdang, Waluyo menyatakan pihaknya mengagumi kerukunan di Provinsi NTT yang tinggi. Waluyo memimpin FKUB Deli Serdang bertandang ke Kupang, NTT untuk belajar kerukunan antarumat beragama di provinsi berbasis kepulauan itu.

Mengingat, kata dia, indeks toleransi atau kerukunan umat beragama di NTT tertinggi di Indonesia.

“Kami kagum dengan kerukunan di NTT. Baru sedikit informasi yang kami dapatkan tetapi sudah kagum kami dengan NTT maka kami ingin informasi lebih tentang kerukunan NTT,” ujar Waluyo kepada wartawan, Senin (7/11).

Waluyo mengaku pihaknya antusias mengenai kondisi fundamental perawatan umat beragama di Provinsi NTT untuk mereka pelajari.

“Kami tidak salah memilih NTT untuk belajar lebih banyak di sini tentang ini karena provinsi ini memiliki indeks kerukunan umat beragama terbaik di Indonesia,” kata dia.

Baca Juga:  Cash Xchange Kembali Buka 2 Lokasi Money Changer di Labuan Bajo

Ketua FKUB NTT Yuliana Salosso mengatakan, wilayah NTT terdiri dari kepulauan namun antisipasi terkait dengan konflik diperhatikan.

Dia menegaskan, sejak tahun 2000-an tidak ada konflik serius mengenai konflik agama di provinsi itu.

Menurutnya, NTT sebagai Indonesia mini dengan berbagai suku dan agama, sedangkan toleransi yang tinggi telah menjadi bagian dari kultur masyarakat yang saling menghargai dan melengkapi.

“Ini menjadi hal wajar bagi kami hidup berdampingan dan berbeda-beda dengan saling menghargai. Kita bersebelahan dalam keseharian dan saling mengadakan acara atau silaturahmi satu sama lain,” ungkap Yuliana.

Baca Juga:  KLM Tiana Pernah Tenggelam Tapi Masih Beroperasi di Labuan Bajo, Wisatawan Minta Polisi Usut

Kultur masyarakat NTT yang toleran, katanya, sudah mengakar dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak ada pembedaan seperti misalnya untuk mencari tempat tinggal, tempat kerja, maupun sekolah berdasarkan latar belakang agama.

Pengurus FKUB NTT Sisilia Sona menambahkan bahwa untuk Kota Kupang pembangunan rumah ibadah juga melibatkan umat maupun pemimpin dari agama lainnya dan tidak ada pembatasan atau larangan.

“Karena kita punya kesadaran lokal bahwa kita semua saudara,” kata mantan Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTT ini.

Ia menjelaskan, pemerintah di NTT sering berkomunikasi dengan semua pemimpin agama maupun melibatkan semua pemimpin agama dalam berbagai kegiatan untuk masyarakat. (Antara).