Elektabilitas Partai Nasdem mengalami kemerosotan setelah partai besutan Surya Paloh itu menyatakan dukungannya terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai kandidat calon presiden (capres) di 2024.

Hal itu terungkap dalam survei yang digelar oleh lembaga Polmatrix Indonesia pada 11-20 Maret 2022. Menurut survei Polmatrix, elektabilitas Partai Nasdem menurun hingga di bawah ambang batas parlemen 4 persen, dari 5,1 persen pada survei Polmatrix, 11-20 Maret 2022, menjadi 3,8 persen.

“Setelah mengusung Anies sebagai salah satu capres (calon presiden), elektabilitas NasDem merosot hingga di bawah ambang batas parlemen,” kata Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto di Jakarta, Minggu (26/4), melansir Antara.

Menurut Dendik, pilihan Partai Nasdem sebetulnya sangat rasional mengingat figur Anies Baswedan menjadi alternatif bagi sebagian publik Indonesia.

Awalnya, kata dia, arah dukungan Nasdem kepada Anies memang memberi insentif elektoral, seperti yang tergambar pada tingginya elektabilitas sejak Desember 2021. Akan tetapi, ketika dukungan resmi diberikan oleh Nasdem, elektabilitas partai ini justru mengalami penurunan tajam.

Ketua Umum Nasdem Surya Paloh pernah mengusulkan duet Anies-Ganjar untuk mengakhiri polarisasi di tengah masyarakat. 

Akan tetapi, hal itu sangat bergantung pada koalisi yang terbangun dengan partai-partai lain, terlebih Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masih terikat sebagai kader PDI Perjuangan.

Posisi unggul elektabilitas partai politik masih ditempati oleh PDI Perjuangan dengan elektabilitas 17,8 persen, disusul Gerindra sebesar 12,4 persen. Selanjutnya terdapat PKB (8,8 persen), Demokrat (8,5 persen), Golkar (7,3 persen), PSI (5,4 persen), dan PKS (5,1 persen). Dengan demikian, hanya tujuh partai politik yang elektabilitasnya berada di atas ambang batas 4 persen.

“Nasdem masih harus membuktikan apakah pencapresan Anies tidak mengancam semangat restorasi yang diusung,” ucap Dendik.

Sejauh ini, partai-partai yang lain belum secara resmi mengajukan nama capres, termasuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

“Selain Golkar, dua anggota KIB masih di bawah ambang batas, yaitu PPP (2,6 persen) dan PAN (1,6 persen),” ucap Dendik.

Prediksi terhadap munculnya poros koalisi berangkat dari suara yang diraih pada Pemilu 2019 maupun peta dukungan saat ini. Di luar partai-partai tersebut, tersisa partai-partai kecil maupun yang baru dibentuk untuk mengikuti Pemilu 2024.

Elektabilitas tertinggi masih di kisaran 1 persen, yaitu Partai Ummat (1,4 persen), Gelora (1,2 persen), dan Perindo (1,0 persen). Lainnya adalah Hanura (0,6 persen), PBB (0,3 persen), PKPI (0,1 persen), dan Berkarya (0,1 persen).

Garuda dan Masyumi Reborn nihil dukungan, sedangkan partai-partai lainnya hanya mendapat dukungan 0,9 persen. Di sisi lain, masih terdapat 21,3 persen yang menyatakan tidak tahu/tidak jawab.

Survei Polmatrix Indonesia pada tanggal 16-21 Juni 2022 terhadap 2.000 responden mewakili 34 provinsi. 

Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) dengan margin of error survei sebesar 2,2 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.