JakartaJepang mencabut peringatan tsunami pada Rabu (2/4) sore, setelah sebelumnya memperingatkan potensi gelombang besar menghantam sebagian wilayah Prefektur Okinawa, menyusul gempa kuat yang mengguncang Taiwan.

Gempa berkekuatan 7,7 di Taiwan awalnya memicu perkiraan gelombang hingga 3 meter di beberapa daerah di Okinawa. Penduduk pun dihimbau untuk segera evakuasi dari daerah pesisir.

Peringatan tersebut kemudian diturunkan menjadi peringatan waspada tsunami pada pukul 10:40 pagi, dengan perkiraan tinggi gelombang berkurang menjadi 1 meter. Peringatan waspada tersebut dicabut pada pukul 12 siang.

Tsunami setinggi minimal 30 sentimeter teramati di Kepulauan Yonaguni dan Miyako, sementara gelombang setinggi 20 cm juga mencapai Pulau Ishigaki.

Juru bicara utama pemerintah Jepang mengatakan dalam konferensi pers bahwa tidak ada laporan kerusakan atau korban jiwa di prefektur selatan tersebut, namun masyarakat tetap diimbau untuk menjauh dari pantai.

“Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa atau bangunan rusak (dari Okinawa). Selain itu, kami menerima panggilan darurat terkait lalu lintas di prefektur,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi, dikutip dari The Japan Times.

“Kami meminta semua orang di daerah tersebut untuk tetap waspada terhadap informasi dari otoritas setempat dan Badan Meteorologi, serta dari televisi dan radio. Tetap tenang, jangan terpancing informasi yang tidak pasti – jangan panik, saling membantu, dan tetap tenang,” tambahnya.

Gempa dahsyat yang terbesar melanda Taiwan dalam 25 tahun, memicu peringatan tsunami untuk pulau itu dan memutus aliran listrik di beberapa wilayah timur pulau.

Rekaman televisi menunjukkan bangunan yang runtuh. Laporan media menyebutkan sedikitnya empat orang diyakini tewas dan puluhan lainnya luka-luka, dengan beberapa terjebak di reruntuhan bangunan.

Peringatan tsunami juga dikeluarkan di daerah pantai di beberapa provinsi Filipina, meskipun peringatan tersebut dicabut beberapa jam kemudian.

Ini adalah pertama kalinya tsunami terdeteksi di Jepang sejak gempa bumi kuat melanda daerah Semenanjung Noto di Prefektur Ishikawa pada Hari Tahun Baru, dengan NHK sebelumnya memperingatkan pemirsa melalui spanduk besar untuk “Evakuasi! Lari!”

Menurut Badan Meteorologi Jepang, gempa hari Rabu itu sama besar – jika tidak lebih besar – daripada gempa Noto, tercatat berkekuatan 7,7.

Gempa tersebut juga tercatat setinggi 4 pada skala intensitas seismik shindo Jepang 7 poin di Yonaguni, yang terletak hanya 110 kilometer (70 mil) dari Taiwan.

United States Geological Survey (USGS) mengatakan gempa yang terjadi pada pukul 08:58 pagi itu tercatat berkekuatan 7,4, berpusat 18 km selatan barat daya Hualien, Taiwan, pada kedalaman 34,8 km, sementara badan meteorologi Jepang mengatakan gempa tersebut berkekuatan 7,7 dan terjadi pada kedalaman 23 km.

Meskipun peringatan waspada tsunami telah dicabut, masyarakat tetap diimbau untuk menjauh dari pantai, dengan kemungkinan gelombang terus menerjang pantai beberapa kali dan ketinggiannya meningkat secara tiba-tiba, kata seorang pejabat Badan Meteorologi dalam konferensi pers Rabu pagi.

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada, mengingat tsunami yang diakibatkan gempa bumi Tohoku Maret 2011 juga dimulai dengan gelombang yang hanya setinggi beberapa sentimeter.

Mengingat Okinawa adalah pusat pariwisata, dan banyak pengunjung, baik asing maupun lokal – yang tidak terbiasa dengan daerah tersebut dan protokol tsunami, warga Okinawa diminta untuk membantu mereka, jika perlu.

Di Bandara Naha, penerbangan komersial dilanjutkan setelah sebelumnya ditunda pada Rabu pagi, meskipun kerumunan penumpang memadati bandara karena penundaan, NHK melaporkan.

Badan Meteorologi juga memperingatkan bahwa gempa susulan – yang mungkin sekuat gempa awal – dapat terus berlanjut selama beberapa hari.

Pejabat badan tersebut mencatat bahwa ada kemungkinan 10% hingga 20% gempa dengan skala yang sama dapat terjadi dalam waktu seminggu, mengutip gempa bumi besar sebelumnya.

Mereka mengatakan kemungkinannya “sangat tinggi” selama dua hingga tiga hari pertama, dan mendesak warga untuk tetap waspada.

Pada tahun 1771, Kepulauan Yaeyama dan Miyako di Okinawa mengalami gempa bumi besar dan tsunami yang menghancurkan sekitar 2.000 rumah dan menyebabkan sekitar 12.000 jiwa meninggal dunia.