Tajukflores.com – Pada Senin, 23 Oktober 2023, isu golput menjadi perbincangan hangat di X-Twitter. Hingga pukul 7.42 WIB, telah terdapat 8.359 pembahasan mengenai topik ini.

Tagar golput bersanding dengan berbagai topik lainnya, seperti Gibran (144 ribu postingan), PDIP (28,5 ribu postingan), Sarwendah (26,1 ribu postingan), dan beberapa topik lainnya.

Istilah “golput” atau “golongan putih” sering kali muncul menjelang pemilihan umum (pemilu) atau pemilihan kepala daerah (pilkada).

Akar dari istilah ini bermula dari gerakan protes yang dilakukan oleh mahasiswa dan pemuda sebagai respons terhadap pelaksanaan Pemilu 1971, yang merupakan pemilu pertama di era Orde Baru. Sejak saat itu, gerakan golput telah menjadi perbincangan yang tidak terelakkan dalam setiap pemilu.

Golput sering diidentifikasi dengan sikap cuek, apatis, atau ketidakminatan untuk berpartisipasi dalam urusan politik, yang akhirnya mengakibatkan orang tak mau berpartisipasi dalam proses pemilu.

Mengacu pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka golput pada Pemilu 2019 menjadi yang terendah jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya sejak tahun 2004.

BPS mencatat bahwa jumlah masyarakat yang golput pada tahun 2019 mencapai 34,75 juta atau sekitar 18,02 persen dari total pemilih yang terdaftar. Sementara pada tahun 2014, jumlah golput mencapai 58,61 juta orang atau 30,22 persen.

Pada Pemilu 2024, pemilih yang terdaftar didominasi oleh pemilih muda. Menurut data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), sekitar 56,4 persen pemilih adalah pemilih muda, yang melebihi setengah dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT).

Namun, hasil survei yang dilakukan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menunjukkan bahwa sekitar 11,8 persen dari responden memilih untuk golput pada pemilu mendatang.

Penyebab Golput:

1. Perasaan Cynicism dan Apatis terhadap Politik