Jakarta – Puting beliung yang diidentifikasi sebagai badai tornado oleh Badan Riset dan lnovasi Nasional (BRIN) melanda wilayah Sumedang, kawasan Rancaekek, dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Rabu (21/2). Musibah ini menyebabkan kerusakan pada 10 unit rumah dan 2 orang luka-luka.

Kepala Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada (UGM) Jati Mardianto menjelaskan bahwa puting beliung dan tornado memiliki proses pembentukan yang sama, yaitu pusaran angin yang kuat.

“Sumbernya itu kan kalau kita lihat dari proses terbentuknya itu kan sama. Jadi istilah bahasa sederhananya itu kan adalah itu pusaran angin,” kata Jati dalam bincang bersama Pro3 RRI, Kamis (22/2).

Jati menambahkan, puting beliung dapat mengangkat objek-objek yang dilaluinya, seperti baliho, atap rumah, dan bahkan mobil. Hal ini dapat membahayakan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengungkapkan, puting beliung merupakan fenomena cuaca yang secara visual memiliki kesamaan dengan tornado. Yakni angin yang bentuknya berputar kencang menyerupai belalai dan biasanya dapat menimbulkan kerusakan di sekitar lokasi kejadian.

“Puting beliung terbentuk dari sistem Awan Cumulonimbus (CB) yang memiliki karakteristik menimbulkan terjadinya cuaca ekstrem,” ujar Guswanto dalam keterangannya Kamis, (22/2).

Istilah Tornado kata Guswanto biasa dipakai di wilayah Amerika dan ketika intensitasnya meningkat lebih dahsyat dengan kecepatan angin hingga ratusan km/jam dengan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer. Kekuatan angin tornado juga dapat menimbulkan kerusakan yang luar biasa.

Sementara itu, di Indonesia fenomena angin berpusar diberi nama angin puting beliung dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika.

“Sehingga kami menghimbau bagi siapapun yang berkepentingan, untuk tidak menggunakan istilah yang dapat menimbulkan kehebohan di masyarakat, cukuplah dengan menggunakan istilah yang sudah familiar di masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat dapat memahaminya dengan lebih mudah,” katanya.