Ketua Serikat Pekerja Informal Migran dan Pekerja Profesional Indonesia (IMPPI) Wiliam Yani Nuwa Wea menyatakan prihatin dengan kejahatan perdagangan orang. Sebab kata dia, di Malaysia banyak warga NTT hidup dalam teror dan intimidasi majikan yang sangat kejam,
“Mereka berada dalam posisi penjeratan hutang, hanya karena mereka berstatus ilegal,” katanya dalam sebuah focus group discussion (FGD) di Kupang pada Kamis, (13/4).
FGD yang digelar Polda NTT ini mengambil tema “Optimalisasi Pencegahan dan Penanganan TPPO di Wilayah Hukum Polda NTT”. Tema ini didasari oleh fakta bahwa korban TPPO di NTT semakin tinggi dari tahun ke tahun.
Menurut mantan Anggota DPRD DKI dua periode ini, ada beberapa pemain lapangan yang juga adalah orang-orang NTT atau keluarga terdekat korban TPPO.
“Ini membuat Kita miris karena kita tidak berdaya lalu membiarkan darah sesama anak bangsa dihisap oleh saudara sendiri tanpa rasa berdosa dan bersalah. IMPPI sebagai organ profesional mengadvokasi penanganan TPPO, siap bekerjasama dengan Polda NTT dan semua elemen masyarakat lainnya secara kolaboratif demi NTT yang lebih baik ke depan,” sambungnya.
Sementara itu, Koordinator TPDI Petrus Selestinus dalam paparannya menekankan bahwa dukungan penuh Menko Polhukam Mahfud MD dalam pemberantasan TPPO harus direspons oleh semua pihak dengan kerja kongkrit.
Karena itu, tegas Petrus, FGD yang diinisiasi oleh Polda NTT harus dipandang sebagai respons positif Kapolda NTT untuk perang semesta melawan TPPO dengan membangun kemitraan dan kerjasama secara kolaboratif
“Menyadarkan warga masyarakat NTT tentang bahaya TPPO bagi generasi muda NTT mendatang dan mari sama-sama kita basmi,” katanya.