Kebutuhan untuk mendalami pemasaran
online, khususnya melalui lokapasar (marketplace),
juga disuarakan Monica, pemilik usaha Madu Non Pasteurisasi asal Karawang.
Produk madu non pasteurisasi sudah tersedia di marketplace tetapi dinilai belum optimal.

“Ketika ada program ini saya
antusias. Ada coaching dan kami
ditanya apa yang belum kami lakukan, dan kelemahan kami. Kami merasa ada
kebutuhan untuk lebih memahami pemasaran online,” katanya.

Monica menjelaskan madu non
pasteurisasi berarti madu tanpa proses pemanasan sehingga tidak ada zat yang
hilang. Usaha yang dirintis sejak 2020 ini kini telah berkembang dengan
memiliki 9 produk madu dengan sejumlah varian dan ukuran kemasan.

Dia melanjutkan madu sachet dan madu botol menjadi produk
yang paling diminati. Saat ini, madu botol telah masuk ke sejumlah koperasi di
Bandung.

Selain aktif mengembangkan usaha
madu, Monica juga terbuka untuk membantu UMKM yang hendak mengurus sertifikasi
BPOM. Ia punya mimpi membawa produk madu sachet non pasteurisasi bisa
menembus pasar ekspor.

Baca Juga:  Harga Koin Hamster Kombat ke Rupiah dan Sandi Harian Beserta Kode Morse 18 Juni 2024

“Saya punya banyak harapan. Saya
ingin ikut pameran, bisa ekspor madu sachet
dan produk madu kami dikenal di seluruh Indonesia,” katanya.

Senada, Evi Rumondang, pemilik
usaha Errumo Personal Care mengatakan butuh pendampingan lebih untuk
meningkatkan penjualan. Dengan karakter essential
oil
yang memiliki pasar sangat niche,
Evi berharap dapat belajar banyak hal melalui Program UMKM Untuk Indonesia
untuk Transformasi Digital 2024.

Ia optimistis produk essential
oil
Errumo punya peluang besar. Pasalnya, sejumlah konsumen yang pernah
mencoba produknya, rutin melakukan pemesanan kembali karena mengaku mendapatkan
manfaat.

“Biasanya pembeli dari pameran
atau offline. Ketika mereka merasakan manfaat, mereka kemudian memesan
secara online,” katanya.

Baca Juga:  Sampoerna Lanjutkan Program UMKM Untuk Indonesia Untuk Transformasi Digital di Tahun 2024

Evi melanjutkan, Indonesia memiliki
banyak bahan baku essential oil seperti serai, cengkih dan lainnya. Hal
itu membuat Errumo dapat memproduksi essential
oil
yang lebih murah dibandingkan merek lain khususnya dari luar negeri.

Saat ini Errumo Personal Care telah
memiliki lebih dari 10 varian produk dengan produk yang paling laris ialah
garam untuk berendam dan essential oil. Pembeli produk Errumo Personal
Care, kata Evi, umumnya karyawan dengan rentang usia di atas 25 tahun.

“Saya sangat berterima kasih
bisa ikut dalam program dari Sampoerna, INOTEK, dan Kabupaten Bogor karena
dibukakan jalan ke mana harus bertanya. Saya berharap pendampingan UMKM ini dilanjutkan,
karena banyak produk UMKM yang bagus tetapi juga alami kesulitan khususnya
untuk branding,” imbuhnya.