Meskipun bertubuh kecil dan mirip kera, dengan kepala menonjol dan anggota badan yang panjang, Homo floresiensis menunjukkan kemampuan kognitif yang canggih.
Bukti menunjukkan mereka menggunakan api, membuat alat, dan bahkan memiliki bahasa kompleks. Kemiripan otak mereka dengan manusia modern menunjukkan tingkat kecerdasan yang setara.
Meskipun para ilmuwan meyakini bahwa Homo floresiensis telah punah sekitar 50.000 tahun yang lalu, legenda lokal tentang makhluk mirip kera di Flores, yang dikenal sebagai Ebu Gogo, terus membangkitkan spekulasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Cerita dan Penampakan Ebu Gogo
Laporan tentang Ebu Gogo bersifat sporadis dan tidak terverifikasi, namun kisahnya terus diceritakan. Pada tahun 1920-an, peneliti melaporkan melihat “makhluk kecil mirip kera” di pegunungan Flores.
Kemudian, pada tahun 2004, seorang pria dari Flores mengklaim bahwa desanya menangkap seorang wanita kerdil yang melarikan diri.
Terpesona oleh legenda tersebut, Dr. Gregory Forth, seorang antropolog, melakukan penelitian di Flores dan mendokumentasikan 30 kesaksian tentang penampakan Ebu Gogo.
Dalam bukunya, “Between Ape and Human,” Forth menyimpulkan bahwa cerita-cerita ini mungkin menunjukkan keberadaan hominin non-sapiens yang masih hidup di Flores.
Meskipun belum ada bukti ilmiah yang kuat untuk mendukung keberadaan Ebu Gogo, legendanya tetap hidup, diabadikan dalam cerita rakyat dan digunakan untuk menakut-nakuti anak-anak.
Kesimpulan
Ebu Gogo mewakili misteri yang menarik di persimpangan antara sains dan cerita rakyat. Apakah mereka benar-benar Homo floresiensis yang masih hidup, atau hanya bagian dari cerita rakyat?
Jawabannya masih belum diketahui, dan legenda Ebu Gogo terus memicu rasa ingin tahu dan spekulasi.
Penulis : Edeline Wulan
Editor : Alex K
Halaman : 1 2
