IID 2024 juga menyoroti sejumlah inisiatif restorasi dan keberlanjutan, khususnya di daerah-daerah terluar dan terdepan di Indonesia Timur.

Bambang Brodjonegoro, Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Kadin Indonesia dan Dewan Pengarah IID, menyatakan bahwa IID mendorong dunia usaha untuk melampaui kepatuhan dan merangkul ESG sebagai katalis inovasi dan pertumbuhan berkelanjutan.

“Ini tentang memimpin perubahan dan menciptakan nilai jangka panjang bagi bisnis, masyarakat, dan planet kita,” tegasnya.

Monica Tanuhandaru, Chairperson YBLL, menjelaskan bahwa pengalaman YBLL dalam pemanfaatan bambu mempengaruhi pendekatan IID.

“Kami memprioritaskan proyek-proyek yang memanfaatkan potensi alam lokal NTT dan fokus pada pembangunan kapasitas masyarakat serta penciptaan pasar untuk produk berkelanjutan. Pendekatan holistik ini menjadi blueprint IID dalam memberdayakan impact driver dan menghubungkan mereka dengan pasar yang lebih luas,” ujarnya.

Acara pembukaan IID ditandai dengan pemukulan kentongan bersama oleh Monica Tanuhandaru (YBLL), Yugi Prayanto (Kadin), Petrus A Rasyid (Pemkab Manggarai Barat), Ari Sudijanto (KLHK), Joko Tri Haryanto (Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup), dan Vivi Yulaswati (Bappenas).

IID 2024 menghadirkan serangkaian acara, termasuk tur ke Rumah Produksi Bersama Bambu (RPB) untuk melihat upaya restoratif melalui budidaya dan pemanfaatan bambu. Hari kedua akan diisi dengan sesi sharing, workshop, dan matchmaking yang mempertemukan inisiator dengan investor.

Sesi IID Talk akan membahas peran pembangunan berkelanjutan dalam ekonomi dan lingkungan Indonesia Timur dengan menghadirkan para ahli seperti Boon Heong Ng (CEO Temasek Foundation), Dr. Joko Tri Haryanto (Direktur BPDLH), dan Stela Nau (pendiri NTT Muda).