Tajukflores.com – Nama mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) menjadi salah satu nama dari enam Komodo yang dilepasliarkan ke Cagar Alam Wae Wuul di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
Pemberian nama Viktor itu disebut sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Viktor Laiskodat terhadap konservasi hewan purba tersebut. Lalu apa kata asosiasi pariwisata Labuan Bajo?
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies/ASITA) Manggarai Raya Evodius Gonsomer menilai bahwa keputusan tersebut sah-sah saja, asalkan Viktor Laiskodat tidak memiliki keberatan atas penggunaan namanya untuk sebuah binatang.
“Menurut kami itu sah sah saja, sepanjang yang bersangkutan (Viktor Laiskodat) tidak berkeberatan namanya dipakai untuk jadi nama binatang tersebut,” kata Evo saat dihubungi Tajukflores.com, Minggu (24/9).
Dalam pandangan Evo, memberikan nama kepada jalan atau tempat mungkin dianggap sebagai suatu bentuk penghormatan yang lazim, tetapi memberikan nama seorang pejabat kepada sebuah binatang merupakan hal yang jarang terjadi.
“Kalau nama jalan atau nama tempat mungkin satu kehormatan, tapi inikan nama binatang, apakah hal itu menjadi satu kehormatan buat si pemilik nama? Saya juga baru pernah dengar untuk nama seorang pejabat diberikan ke binatang. Mau gak pejabatnya?,” tutur dia.
Namun, setelah mendengar jika istri Viktor Laiskodat, Jule S Laiskodat tidak keberatan dengan pemberian nama suaminya itu, Evo pun memakluminya. “Iya bagus kalau dia terima,” katanya.
Diberitakan, enam Komodo yang dilepasliarkan ke Cagar Alam Wae Wuul pada Sabtu (23/9), masing-masing diberi nama yakni Viktor, Edi, Satyawan, Jansen, Sato, dan Indra. Komodo tersebut merupakan hasil pengembangbiakan di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor, Jawa Barat.
Nama Viktor diambil dari nama depan Gubernur NTT periode 2018-2023 Viktor Laiskodat yang baru melepas jabatannya. Pemberian nama Viktor untuk seekor komodo itu disaksikan langsung oleh Julie Laiskodat, istri Viktor Laiskodat.
Nama Endi diambil dari nama belakang Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi. Pemberian nama tersebut juga bentuk apresiasi terhadap dedikasi Edi Endi terhadap konservasi. Edi Endi mendengarkan langsung pemberian nama Endi pada seekor komodo tersebut.
Satyawan diambil dari nama Direktur Jenderal KSDAE KLHK Satyawan Pudyamoko, dan Jansen diambil dari nama depan Direktur Taman Safari Indonesia Jancen Manangsar. Adapun Sato diambil dari Hideya Sato, perwakilan dari PT Smelting Indonesia yang mendukung proses pelepasliaran enam komodo itu ke Cagar Alam Wae Wuul.
Sedangkan, nama Indera adalah akronim dari nama Indra Eploitasia dan Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSA) NTT Arief Mahmud yang telah berkolaborasi mewujudkan pelepasliaran enam komodo ke Cagar Alam Wae Wuul.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik (KKHSG) KSDAE KLHK Indra Eploitasia mengatakan pemberian nama Viktor dan Edi untuk komodo tersebut sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Viktor Laiskodat dan Bupati Manggarai Barat Edi Endi terhadap konservasi hewan purba tersebut.
“Kami menyampaikan nama ini sebagai bentuk dedikasi untuk beliau kepada konservasi dan apresiasi dari Ibu Menteri. Sehingga nama Bapak Viktor kami sematkan menjadi nama salah satu komodo yang akan dilepasliarkan. Semoga menjadi komandan dari enam ini,” ujar Indra saat acara pelepasliaran enam Komodo di Cagar Alam Wae Wuul, Sabtu, seperti dikutip dari Detik Bali.
“Nama Pak Endi ini juga sebagai bentuk apresiasi kami, sebagai bentuk dedikasi bapak terhadap konservasi,” imbuh Indra.
Saat dilepaskan dari kandangnya, komodo bernama Endi terlihat berlari sangat kencang. Bupati Edi Endi pun nyeletuk bahwa Komodo Endi itu sedang mengejar Komodo Viktor. “Komodo yang baru dilepas (Komodo Endi) itu cari Komodo Viktor,” ujar Edi Endi yang disambut gelak tawa undangan yang hadir pada kegiatan tersebut.
Sementara itu, Julie Laiskodat menyambut baik pemberian nama Viktor untuk seekor komodo tersebut. “Mewakili Viktor Laiskodat, terima kasih suatu kehormatan salah satu komodo yang dilepaskan itu atas nama Viktor,” ujarnya
Enam komodo yang dilepasliarkan itu berusia sekitar 3,7 tahun. Komodo tersebut merupakan hasil kawin dua komodo di Taman Safari Bogor yang dibawa dari Cagar Alam Wae Wuul beberapa tahun lalu. Adapun, orang tua keenam komodo itu bernama Rangga dan Rinca.
“Enam ekor komodo ini merupakan keturunan atau lahir menetas pada 27 Februari 2020 dari indukan komodo jantan yang bernama Rangga dan indukan betina yang bernama Rinca,” jelas Kepala BBKSA NTT Arief Mahmud.
Keenam komodo tersebut tiba di Cagar Ala Wae Wuul pada 15 Agustus 2023 setelah diterbangkan dengan maskapai Garuda Indonesia dari Jakarta ke Labuan Bajo. Komodo yang dilepasliarkan itu sebelumnya juga menjalani proses habituasi (adaptasi di habitatnya) di Cagar Alam Wae Wuul. Komodo itu berada dalam kandangnya masing-masing selama 40 hari sejak komodo itu tiba di sana.