Kedua, kisah pelaut Bontobahari yang mencapai Venesia, Italia, yang katanya mengilhami penamaan kapal menjadi Pinisi. Faktanya, tidak ada catatan dari Kompeni Hindia Timur Belanda atau pelabuhan Venesia yang mendukung kisah ini.
Ketiga, cerita tentang raja Tallo yang menamai perahunya Pinisi pada abad ke-17. Namun, fakta sejarah menunjukkan bahwa istilah “Pinisi” muncul dan populer di awal abad ke-20.
Makna Sebenarnya dari “Pinisi”
Menariknya, Pinisi bukanlah nama kapal, melainkan sebutan untuk jenis layar yang digunakan pada kapal tersebut. Istilah Bugis “panisi” yang berarti “sisip” mengacu pada proses mendempul kayu untuk pembuatan perahu, sebelum berubah menjadi “pinisi”.
Asal dan Sejarah Kapal Pinisi
Meskipun banyak yang mengaitkan Kapal Pinisi dengan Bulukumba, kenyataannya, kapal ini berasal dari Tanah Beru, Kecamatan Bonto Bahari.
Pembuatan perahu berjenis layar Pinisi berpusat di desa Ara, Lemo-Lemo, dan Tanah Beru, Bulukumba, yang terkenal akan keahlian mereka dalam pembuatan perahu tradisional.
Tradisi dan Sistem Pembuatan Kapal Pinisi yang Diakui Dunia
Selain keindahan visualnya, keunggulan Kapal Pinisi terletak pada sistem pembuatannya yang telah diakui secara internasional. Panritta Lopi, para ahli pembuat kapal dari daerah ini, telah mempertahankan tradisi turun-temurun dalam pembuatan kapal, menjaga keaslian dan kualitas kapal mereka.
Harga Kapal Pinisi yang Mengagumkan
Harga sebuah Kapal Pinisi bervariasi tergantung pada ukuran dan desainnya. Dari beberapa miliar hingga puluhan miliar rupiah, harga kapal ini memang menunjukkan betapa berharganya karya seni dan keahlian dari seorang Panritta Lopi.