Labuan Bajo – Beberapa bulan terakhir ini, berita tentang kecelakaan kapal (wisata) di perairan Pulau Komodo, Labuan Bajo menarik perhatian publik. Dalam dua tahun terakhir tercatat kurang lebih ada empat belas kejadian terjadinya kecelakaan kapal.

Pada tahun 2023, terjadi tujuh kali kecelakaan kapal. Pada tahun 2024, sampai dengan bulan Juni saja sudah terjadi tujuh kecelakaan lagi.

Sebagai kawasan pariwisata yang penting, perairan Komodo tidak bisa mengabaikan masalah ini. Kejadian-kejadian ini menimbulkan pertanyaan serius tentang tanggung jawab dari semua pihak terkait baik yang mengelola kawasan tersebut maupun para pelaku (penyedia) jasa transportasi kapal wisata dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memastikan keselamatan di perairan ini.

Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadi kecelakaan kapal tersebut. Pertama, cuaca ekstrem dan Kondisi alam. Perairan Komodo dikenal memiliki cuaca yang berubah-ubah dengan cepat.

Gelombang tinggi, arus kuat, dan badai tiba-tiba dapat menyebabkan kapal kehilangan kendali. Banyak kapal yang berlayar di kawasan ini tidak dilengkapi dengan peralatan untuk memantau cuaca secara real-time, sehingga mereka sering kali tidak siap menghadapi perubahan cuaca yang mendadak.

Kedua, kondisi kapal yang tidak layak. Banyak kapal yang beroperasi di perairan Komodo tidak dirawat dengan baik. Kapal yang tidak terawat cenderung mengalami kerusakan mesin, kebocoran, dan masalah struktural lainnya.

Sebagian besar kapal yang beroperasi adalah kapal tua yang sudah melewati masa pakainya, membuat mereka rentan terhadap kerusakan dan tidak mampu menghadapi kondisi laut yang keras.

Ketiga, kurangnya Pengetahuan navigasi. Banyak kapten dan kru kapal yang tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dalam navigasi di perairan yang kompleks seperti Komodo.

Kesalahan navigasi sering kali menjadi penyebab kecelakaan. Minimnya pelatihan bagi kapten dan kru kapal terkait keselamatan dan navigasi membuat mereka tidak siap menghadapi situasi darurat di laut.

Keempat, overloading. Banyak kapal wisata yang melebihi kapasitas muatan yang ditetapkan. Kelebihan muatan membuat kapal tidak stabil dan mudah tenggelam jika menghadapi kondisi laut yang buruk. Praktik ini sangat berbahaya dan sering kali diabaikan demi keuntungan ekonomi jangka pendek.

Keselamatan dan keamanan dalam persaingan dan keberlanjutan destinasi wisata

Kecelakaan kapal yang terjadi di kawasan perairan wisata Komodo tidak dapat dianggap sepele. Hal ini harus dipandang dalam kerangka persaingan dan keberlanjutan pengembangan sektor wisata ke depan.

Dengan demikian harus menjadi perhatian serius dari semua pemangku kepentingan, baik Pemerintah maupun para pelaku usaha wisata.

Keselamatan dan keamanan adalah pondasi yang tak terpisahkan dalam dunia pariwisata modern. Saat ini, lebih dari sekadar keinginan, keselamatan telah menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap wisatawan yang merencanakan perjalanan mereka.

Bagi destinasi pariwisata, menjamin keselamatan tidak hanya merupakan tanggung jawab moral tetapi juga faktor kunci dalam menarik pengunjung dan mempertahankan kepercayaan mereka.

Keselamatan dan keamanan adalah elemen penting dalam permintaan (supply demand) pariwisata karena menjadi bahan pertimbangan bagi wisatawan dalam menentukan tujuan wisatanya. Suatu destinasi yang mampu menjamin keselamatan wisatawannya akan memiliki daya saing yang lebih tinggi.

Wisatawan lebih suka memilih destinasi yang aman dan keselamatan mereka diperhatikan. Hal ini berdampak positif pada keberlanjutan destinasi tersebut.

Kunjungan wisatawan yang banyak dan terus menerus akan membawa keuntungan ekonomi yang sangat besar, baik bagi pemerintah dari pemungutan pajak, maupun bagi pelaku usaha wisata dan masyarakat lokal.

Sebaliknya, destinasi yang kurang memperhatikan isu keselamayan dan keamanan memiliki daya saing rendah dan keberlanjutan wisatanya terancam.

Rendahnya perhatian pada isu keselamatan dan keamanan dapat menguruangi bahkan deestinasi itu akan ditinggalkan, walau destinasi itu indah sekali pun. Orang berwisata untuk menikmati hidupnya, bukan menikmati akhir kehidupannya.

Dalam persaingan era pariwisata global yang semakin ketat, reputasi sebuah destinasi sangat dipengaruhi oleh sejauh mana mereka mampu memastikan keselamatan pengunjung.