Kabar dari sang ayah (Jokowi) pada wawancara setelah pulang dari tugas negara, agak beda sama pernyataan sebelumnya. Kali ini sang ayah mengaku hanya bisa memberi restu, padahal sebelumnya masih terlihat keberatan karena anaknya baru dua tahun memimpin sebagai Wali Kota dan belum cukup umur sebaiknya jangan dulu diajak Pilpres 2024. Kira-kira begitu yang kita tangkap dari pernyataan beliau.
Nah, merespons segala keanehan itu, juga hasil persidangan MK dengan Sang Paman yang luar biasa saktinya … bikin saya kecewa berat dan mulai kehilangan kepercayaan kepada keluarga yang dahulu (katanya) bersahaja dan anak-anaknya tidak tertarik berpolitik itu.
Kondisi yang membuat saya harus memilih dan bersikap, yang dimulai dengan tindakan berhenti mengikuti akun-akun medsos keluarga Pakdhe Jokowi, dengan proses yang paling ringan tentu unfollow Kaesang, lantas agak butuh waktu 2-3 detik buat unfollow Gibran, lalu … yang cukup lama memakan waktu … sang ayah!
Kalau dibilang baper, ya sudah … nggak apa-apa, kali ini saya memang patah hati berat sama keputusan keluarga ini, meski belum final sampai nanti pendaftaran paslon dilakukan oleh koalisi Mbah Prabowo ke KPU.
Sambil menunggu sandiwara politik yang sama sekali nggak lucu itu, saya mau menata hati dan mempersiapkan diri, karena perjuangan memenangkan Ganjar-Mahfud sepertinya tidak akan mudah, meski masih tetap optimis jagoanku akan menang.
Apakah ada yang sudah unfollow akun medsos keluarga Jokowi juga? Kita toss dulu …!
Cuitan akun GP24P memicu respon beragam dari netizen. Akun @NanoMCI46 misalnya, mengekspresikan kekecewaannya dengan menyatakan tidak perduli dengan apa yang dilakukan oleh Jokowi dan keluarganya.
“Saya sudah tidak peduli lagi dengan apa yang dilakukan pak Jokowi dan keluarga. Saya hanya punya satu hak suara besok, InshaAllah untuk pak Ganjar karena saya konsisten sampai kapan pun tidak akan memilih Prabowo,” tulisnya di kolom komentar.
Akun @ItuhKamuh juga menyatakan perasaan kecewa yang sama dengan keluarga Jokowi, dan menunjukkan kesetiaan kepada PDIP, partai yang mengusung Jokowi menjadi presiden selama dua periode, termasuk mengusung Gibran menjadi wali kota Solo.
“Kita sama. Satu keluarga selalu pilih PDIP dan capres-cawapresnya kecuali di tahun 2009 hanya pilih partainya PDIP tapi capres-cawapresnya bukan dari PDIP karena ada Prabowo di situ.”