Untuk kawasan Asia Tenggara, mengutip laporan Google, Temasek dan Bain (2021), Menkominfo menyatakan saat ini negara di kawasan itu telah memasuki ‘Dekade Digital’.

“Dengan 400 juta pengguna internet di kawasan ini, prospek memiliki multiplier effect di sektor digital sangat besar. Laporan tersebut bahkan memperkirakan pergeseran seismik dalam perilaku konsumen dan pedagang dalam mengadopsi media digital, yang berpotensi mengakibatkan ekonomi internet berkembang menjadi USD1 Triliun dari Nilai Barang Dagangan Bruto (GMV) pada tahun 2030,” jelasnya.

Menurut Menteri Johnny, di Indonesia, kebangkitan ekonomi internet dapat dilihat melalui peningkatan 40% rata-rata konsumsi data seluler dalam tiga tahun terakhir. “Sesuai data Opensignal, mirip dengan Jerman, Indonesia juga mengalami peningkatan kecepatan unduh hingga 40% dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi,” tuturnya.

Menurut Menkominfo ada kecenderungan permintaan akan konektivitas yang lebih banyak dan teknologi telekomunikasi yang maju meningkat tajam lebih dari sebelumnya.

“Era 4G telah membawa kita pada inovasi, seperti streaming video sesuai permintaan dan media sosial, sedangkan era 5G dalam masa pertumbuhannya telah membawa inovasi ke Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan produktivitas,” ujarnya.

Bahkan, Menteri Johnny menyatakan era 6G tidak diragukan lagi akan memadukan dunia siber dan dunia fisik melalui kembaran digital yang masif dan konektivitas yang selalu ada. “Munculnya komputasi kuantum dan komunikasi kuantum juga akan merevolusi cara kita menghitung, mensimulasikan, dan akhirnya menjalani setiap aspek kehidupan kita,” tuturnya.

Baca Juga:  Kabar Baik, RKUHP Hapus Pasal Pencemaran Nama Baik di UU ITE

Kolaborasi

Menurut Menkominfo transformasi digital akan terus mendorong perubahan dan inovasi dalam jangka panjang. Mengutip Laporan ITU dan UNESCO tahun 2021, Menteri Johnny menyatakan adanya tiga tren utama perubahan di sektor TIK, yaitu: sentralitas konektivitas dalam kehidupan publik; meningkatknya kesenjangan digital akibat pandemi, dan pergeseran dari network expansion ke network densification.

“Inovasi dalam teknologi telekomunikasi 5G dan seterusnya akan memungkinkan penggunaan praktis teknologi dalam aktivitas manusia sehari-hari di masa depan. Aplikasi masa depan teknologi telekomunikasi mencakup dunia fisik-siber yang sepenuhnya menyatu, realitas campuran, teknologi digital untuk manufaktur, sustainable supply chain, dan robot konsumen,” jelasnya.

Guna mewujudkan potensi teknologi digital, Menteri Johnny menyatakan arti penting untuk membangun kolaborasi pentahelix yang komprehensif dengan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, dunia usaha, akademisi, komunitas dan media.

“Di tengah pandemi Covid-19, transformasi digital telah menjadi isu global yang membutuhkan kolaborasi internasional untuk mengatasinya,” tandasnya.

Baca Juga:  Begini Postur RAPBN Tahun 2023, Defisit Anggaran Kembali Normal

Menkominfo juga mengungkapkan, dalam Presidensi G20 Indonesia mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger” dengan tiga agenda prioritas, yaitu Global Health Architecture; Transformasi Ekonomi Digital; dan Transisi Energi.

“Khusus dalam G20 Digital Economy Working Group (DEWG), Indonesia di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika mengupayakan kerja sama dalam pembahasan 3 isu prioritas yaitu Konektivitas dan Pemulihan Pasca Covid-19; Keterampilan Digital dan Literasi Digital; dan Cross Border Data Flow and Data Free Flow with Trust,” jelasnya.

Menteri Johnny mengapresasi penyelenggaraan Simposium Teknologi Telekomunikasi Masa Depan ke-5 yang menyoroti semangat kolaborasi dan pertukaran ide. Menurutnya hal itu perlu dibina dan dilestarikan untuk memungkinkan inovasi.

“Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai pemimpin transformasi digital di Indonesia akan terus berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan, terutama dengan akademisi, untuk mendorong kita maju menuju Indonesia yang Lebih Terhubung: Lebih Digital, Lebih Sejahtera!” tegasnya.

Simposium hasil kolaborasi Telkom University, Universiti Teknologi Malaysia dan Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) Indonesia itu juga dihadiri Rektor Telkom University Adiwijaya; Wakil Rektor UTM Abdul Latif Saleh; Ketua IEEE Indonesia Wahyudi Hasbil dan Ketua IEEE Communication Society Indonesia Chapter, Wiseto Agung.