Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memberikan klarifikasi terkait nilai investasi Microsoft yang lebih kecil di Indonesia dibandingkan dengan Malaysia.

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh tingkat adopsi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia yang masih dalam tahap awal.

“Mungkin di negara tetangga adopsinya lebih intens. Kita memang masih ‘early stage’. Tapi dari aturan, kita termasuk yang termaju,” kata Nezar di Jakarta, Senin (6/5).

Sebelumnya, CEO Microsoft Satya Nadella mengumumkan komitmen investasi di Indonesia untuk pengembangan infrastruktur cloud dan AI selama empat tahun ke depan sebesar 1,7 miliar dolar AS atau setara Rp27,6 triliun.

Namun, tak lama kemudian, Microsoft mengumumkan investasi yang lebih besar di Malaysia, yaitu 2,2 miliar dolar AS atau setara Rp35,2 triliun.

Menurut Nezar, untuk meningkatkan peran dan adopsi AI di Indonesia, dibutuhkan lebih banyak riset dan pengembangan.

Indonesia tidak hanya ingin menjadi pasar, tetapi juga pemain di level global.

Pemerintah berkomitmen untuk menyiapkan pengaturan tata kelola AI untuk memastikan pemanfaatan dan pengembangan AI yang bertanggung jawab di Indonesia.

“Penguasaan AI ini adalah suatu hal yang mutlak. Kita harus siapkan generasi muda kita, berkolaborasi dengan masyarakat global untuk menciptakan AI yang aman dan inklusif. Khusus untuk Indonesia, kita siapkan dan gunakan teknologi AI ini untuk mewujudkan Indonesia yang makin terkoneksi, makin digital, makin baik,” kata Nezar.