Tajukflores.com – Di awal tahun, hujan deras mengguyur Kota Ruteng, Ibu Kota Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabut hampir menutupi jarak pandang dengan hujan tak pernah reda mengguyur siang dan malam. Namun, hal tersebut tak membuat Rio enggan untuk keluar rumah. Baginya, inilah saat yang tepat untuk merasakan sensasi kopi panas dan kompiang, roti khas di daerahnya.

“Saya pagi-pagi hujan-hujanan untuk beli kompiang. Kalau lewat sedikit saja pasti sudah habis,” katanya kepada Tajukflores.com belum lama ini.

Seperti warga Kota Ruteng pada umumnya, Rio adalah salah satu penikmat kompiang. Di kota ini, mudah untuk menemukan tempat menjual kompiang. Namun, lantaran banyak yang membeli, kompiang bisa cepat diburu.

Kesukaan Rio terhadap kompiang tidak hanya sekadar untuk menikmati rasanya yang lezat. Baginya, kompiang juga memiliki makna yang lebih dalam.

“Saya sudah makan kompiang sejak kecil. Jadi kalau pulang libur, saya cari kompiang,” kata pria yang bekerja di Jakarta ini.

Dari Tiongkok ke Hati Warga Manggarai

Kompiang termasuk salah satu makanan favorit orang Manggarai (Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur). Makanan ini terbuat dari tepung terigu, gula, garam, dan air. Adonan kompiang kemudian dicetak berbentuk bulat dan dibakar hingga kering.

Bagi warga Manggarai, kue ini kerap menjadi oleh-oleh saat mereka mengunjungi keluarga. Bahkan, kompiang menjadi hidangan utama dalam acara kumpul-kumpul dengan keluarga di Manggarai Raya.

Kompiang sendiri memiliki sejarah panjang yang dimulai di Tiongkok. Makanan ini dibawa oleh imigran Tionghoa ke Indonesia pada abad ke-17.

“Kalau sejarahnya, kompiang memang aslinya dari Tiongkok, dibawa ke Indonesia oleh imigran Tionghoa. Jadi, tidak hanya ada di Manggarai, di Jakarta, Semarang juga ada,” kata Victor Mantara, owner Theresa Bakery Labuan Bajo saat berbincang dengan Tajukflores.com dua hari yang lalu.

Menurut penuturan Victor, kompiang awalnya dibuat oleh seorang panglima perang Tiongkok bernama Qi Jiguang pada tahun 1562. Saat itu, pasukan Qi Jiguang sedang berperang melawan perompak Jepang.

Aroma masakan yang dibawa pasukan Qi Jiguang sering diendus oleh perompak Jepang, sehingga pasukan Qi Jiguang sering diserang secara tiba-tiba.