Usaha keluarga tersebut bertahan sampai sekarang, bahkan menjadi salah satu toko kue terkenal di Labuan Bajo. Menurut Victor, lantaran semakin banyak peminatnya hingga ke luar daerah, setiap harinya ia bisa menjual sampai 6.000 ribu hingga 7.000 ribu biji kompiang.
“Belum kalau ada orderan dari hotel atau kantor, itu bisa dibuat lebih dari itu,” kata ayah dua anak ini.
Belasan tahun menggeluti usaha kompiang, keluarga Victor menyadari transormasi kompiang, dari makanan khas menjadi cemilan bagi wisatawan.
Saat ini, kata Victor, tokonya, heresa Bakery Labuan Bajo, sudah menjual varian kompiang sesuai permintaan pelanggan. Mulai kompiang original, kompiang cokelat, keju, hingga kompiang isi daging.
Dari sekian transormasi ini, lanjut Victor, hal yang tak berubah adalah harga jual untuk kompiang original yakni Rp1.000 rupiah.
Victor Mantara dan keluarganya memiliki alasan tersendiri mengapa mereka mempertahankan harga kompiang original di angka Rp1.000 rupiah. Menurutnya, harga tersebut sudah menjadi bagian dari tradisi dan cita rasa kompiang bagi masyarakat Manggarai.
“Kalau harga kompiang dinaikkan, masyarakat Manggarai mungkin akan merasa tidak terjangkau. Kompiang itu kan makanan khas yang sudah ada sejak lama, jadi harganya juga harus terjangkau,” kata Victor.
Sejak tahun 2015, seiring Labuan Bajo menjelma sebagai destinasi wisata unggulan, usaha kompiang di Labuan Bajo mulai menjamur. Tak hanya toko milik Victor, sejumlah toko sudah menjual kompiang sebagai cemilan khas Manggarai bagi wisatawan.
Victor sendiri mengaku tak terlalu khawatir dengan munculnya pesaing baru. Namun, ia dan keluarganya bangga, usaha kompiang mereka bertahan dan memiliki pelanggan tersendiri.
Selain menjaga tradisi dan cita rasa, Victor juga ingin kompiang menjadi produk kebanggaan Manggarai. Ia berharap, kompiang dapat menjadi salah satu ikon wisata Manggarai yang dapat dikenal oleh masyarakat luas.
Baginya, motivasinya mempertahankan bisnis ialah menjaga produk kompiang menjadi produk kebanggan Manggarai.
“Kalau mau dibilang kerjanaan, ya suda jalan kita itu. Tapi ada rasa bangga dan senang dengan produk (kompiang) yang bisa diterima masyarakat secara luas bisa bertahan sampai hari ini. Jadi itu motivasi kita, harus teruskan,” pungkasnya.
Catatan: Artikel ini digarap bersama Fons Abun
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.