Keluarga Cendana curiga bahwa tindakan tersebut merupakan bagian dari konspirasi untuk menjatuhkan Soeharto dari kekuasaannya. Mereka mempertanyakan di mana Prabowo berada dan mengapa ia membiarkan mahasiswa melakukan tindakan tersebut tanpa melakukan tindakan tegas.

Dalam situasi tegang tersebut, Prabowo menyatakan dengan tegas bahwa apakah ia harus menembaki para mahasiswa tersebut. Akibat dari peristiwa tersebut, pada tanggal 25 Mei 1998, Letjen Prabowo Subianto resmi dicopot dari jabatannya sebagai Panglima Kostrad dan dikirim ke Bandung untuk menjabat sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Sesko ABRI).

Tak berapa lama setelah itu, karier militer Prabowo diakhiri oleh Panglima ABRI saat itu, Wiranto, setelah menjalani pemeriksaan Dewan Kehormatan Perwira (DKP). Akhirnya, Prabowo memutuskan untuk memilih jalur pengusaha di luar negeri untuk memulai hidup yang baru.

Peristiwa-peristiwa ini dianggap sebagai penyebab utama dari berakhirnya hubungan antara Prabowo dan Titiek. Masalah politik nasional yang memanas dan berujung pada keretakan hubungan antara kedua keluarga mereka mengakibatkan Prabowo dan Titiek memilih jalur hidup yang berbeda.

Meskipun demikian, tidak ada yang tahu secara pasti kapan hubungan mereka berakhir, termasuk apakah mereka sudah bercerai atau tidak.