Kita itu seperti angin, berlalu tinggal bayang dalam angan
yang tak kesempaian, mungkin dinamakan takdir
Sudah selesai, kita usai, meski sadarku coba merayumu tinggal
Tapi buyar

Kita adalah angan yang tak sampai
Tembok kokoh jadi benteng
Kita selalu berseberangan
Membentang jauh, meski kerap berharap dalam lantun doa

Kita hanya sebatas angan
Meski suka merasuk  sukma
Yang terus mengurung tanpa saling jujur
Dan akhirnya kita memilih jarak
Sebelum dekat itu menjadi luka

Baca Juga:  3 Pemain Muda NTT Lolos Seleksi Pelatihan Sepak Bola di Belanda