Tajukflores.com – Mantan Ketua Pengadilan Agama Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Irwahidah buka suara mengenai dugaan penipuan rekrutmen pegawai di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) terhadap sejumlah warga di Kabupaten Manggarai pada 2020 lalu.

Hakim Irwahidah mengakui telah menerima uang dari sejumlah orang tua calon pegawai Kemenkumham tersebut.

Kendati demikian, dia juga mengaku tidak melarikan diri dari `kejaran` para orang tua yang menuntut agar uang dikembalikan seperti tercantum dalam nota kesepahamanan yang dibuat dahulu.

“Saya tidak lari, itu bukan tipe saya. Saya bukan orang seperti itu. Jadi untuk seperti itu (melarikan diri), tidak, karena saya masih proses (pengembalian) ini. Jadi, dalam waktu dekat saya selesaikan,” kata Irwahidah kepada Tajukflores.com, Selasa (25/1).

Kasus dugaan penipuan ini mencuat ke publik setelah dua orang korban, Benediktus Jematu dan F, buka suara. Menurut pengakuan Beni dan F, anak mereka diiming-iming lolos tes masuk sebagai pegawai di Kemenkumham dengan menyetorkan uang sebesar Rp60 juta kepada hakim Irwahidah.

Saat itu, Irwahidah menjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama Ruteng. Adapun yang menghubungkan para orang tua dengan Irwahidah ialah seorang mantan anggota DPRD Kabupaten Manggarai berinisial RM.

Namun, meski telah menyerahkan uang Rp60 juta, anak mereka gagal menjadi pegawai sipir di lembaga pemasyarakatan (lapas). Irwahidah sendiri membantah melakukan penipuan, sebab penyerahan uang merupakan bagian dari kesepakatan bersama yang ditandai dengan nota kepakatan.

“Tapi itu kesepakatan sudah jelas, akan dikembalikan dengan tanggal dan waktu yang tidak ditentukan. Dalam surat kesepakatan yang penting uangnya dikembalikan,” jelas Irwahidah.

Irwahidah saat ini dipindahkan ke Kupang. Dia mengaku, sebelum dipindahkan ke Kupang, ia kerap bertemu dengan para korban untuk mediasi. Artinya, kata Irwahidah, para orang tua mengetahui kendala dirinya tidak mengembalikan uang seperti perjanjian awal.

“Saya sudah sering bilang ke beliau-beliau itu, saya tidak akan lari. Kecuali saya mati mungkin. Tapi selama saya masih hidup itu tidak akan terjadi, karena saya yakin dengan karma,” katanya.

Irwahidah mengatakan sangat memahami kekecewaan orang tua korban lantaran ia kerap berjanji. Sebagai bentuk pertanggungjawabannya, dia mengaku telah berusaha mengembalikan kepada sebagian orang tua.

“Karena saya janji, saya akui. Kalaupun di posisi saya, saya akan marah, tapi cuman sebagai manusia saya hanya minta maaf. Kalau saya menjanjikan, saya juga dijanjikan. Saya kalau ada uang pasti saya kirim. Hampir-hampir saya tidak menikmati gaji saya karena saya kirim. Bulan ini kirim ke si A, bulan depan ke Si B. Alhamdulillah, ada yang sudah selesai,” ungkap Irwahidah.

Menurut Irwahidah, saat melakukan mediasi dengan para korban, ia kerap meminta mereka agar tidak terprovokasi oleh siapapun. Sebab, jika persoalan mereka melebar, bisa saja proses pengembalian uang para korban mandek selamanya.

Namun, untuk melunasi semuanya, saat ini Irwahidah mengaku masih mengalami sejumlah kendala, termasuk kondisi kesehatannya yang kurang membaik lantaran tekanan yang ia rasakan akibat persoalan ini.

“Jadi saya bilang ke mereka jangan terprovokasi orang lain. Kalau masalah ini lebar, saya, mau menyelesaikan yang mana? Mau persoalan ini atau urus keuangan. Kan kepala saya cuma satu, kalau terlalu banyak kan saya bisa drop. Tekanan saya naik karena saya hipertensi,” katanya.

“Mereka juga tahu waktu pertama-tama kami berkumpul, canda-tawa. Kan kami sering berkumpul, mereka jenguk saya. Saya itu dianggap seperti anaknya, bukan orang lain,” imbuh Irwahidah.

Mengaku Ditekan

Menurut pengakuannya kepada Tajukflores.com, Irwahidah kerap ditekan oleh sepupu dari Benediktus Jematu dengan meminta sejumlah uang.

“Selama ini sepupunya Pak Beni sering minta uang ke saya. Bahkan saya sering transfer. Dia bilang sama saya, gak usah kasih tau Pak Beni, nanti saya atur Pak Beni segala macam,” ungkapnya.

Belakangan, Irwahidah mengaku baru mengetahui jika uang tersebut ternyata tidak diserahkan ke Benediktus Jematu. Adapun bukti transferan telah diteruskan oleh Irwahidah ke salah satu anak dari Beni.

“Ada bukti TF-nya(transfer). Ternyata begitu saya telpon, Pak Beni tidak tahu sama sekali. Kemarin waktu telpon, saya sudah teruskan bukti TF ke Pak Beni,” katanya.

Irwahidah juga mengirim screenshot percakapan dan bukti transfer ke sepupunya Beni tersebut kepada Tajukflores.com.