“Saya sudah kasih sabun, rokok juga supaya mandi Bea Todo. Saya bilang ke mereka, itu ada sabun dan rokok, mandi di Bea Todo. Tapi mereka bilang kami mandi di sungai, dan saya bilang jangan mandi di sungai. Mandi di Bea Todo saja, karena sabun hanya satu,” ceritanya.

Namun, apa yang dia sampaikan tak diikuti korban dan ketiga temannya. Dan keempatnya merupakan remaja semua, hanya satu orang yang baru tamat SMA.

“Sekitar selang 10 menit mereka ke sana, kami tetap di pondok. Karena kami panik, sebab korban itu menderita penyakit ayan. Dan kepanikan kami itu ternyata benar, dia tenggelam,” lanjutnya.

Menurutnya, dari empat orang yang pergi ke sungai tersebut, hanya ada dua orang yang bisa sedikit untuk berenang. Saat kedua temannya berenang, korban tetap duduk di atas batu.

“Tapi mereka tidak melihat saat dia turun ke sungai. Mereka tidak tahu apakah dia jatuh karena kambuh penyakit ayan atau dia lompat sendiri. Tapi saat dia mau tenggelam dia sempat teriak, tolong sayak,” katanya.

Mendengar teriakan korban, rekanya yang baru tamat SMA lompat ke sungai untuk menolongnya. Namun, karena tak bisa berenang, rekannya tersebut tak bisa menyelamatkan korban.

“Dia tidak bisa jangkau, korban turun ke dasar sungai, sementara rekannya tidak bisa berenang. Karena temannya merasa tidak bisa menolong, akhirnya dia keluar dari sungai. Akhirnya mereka datang memberi tahu saya untuk melihat, karena saya juga tidak bisa berenang,” kata John.

John mengatakan, saat kejadian, rekan kerja mereka sudah dalam perjalanan pulang menuju ke kampung Gangkas. Namun, saat mendengar berita, mereka pulang lagi ke lokasi kejadian.

“Mereka tidak jadi ke kampung Gangkas, pulang lagi ke sini (lokasi kejadian), siapa tahu ada yang bisa selam, tapi ternyata tak satu pun yang bisa, karena sungainya dalam,” tutupnya.