“Batu-batu ini berhenti dan sujud menghadap rumah Tuhan yang dilindungi Malaikat Mikael,” lanjut akun tersebut.
Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyebutkan bahwa bencana banjir tersebut berakar pada pendangkalan sungai dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan Toba.
Curah hujan yang tinggi di hulu sungai menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir tersebut. Kapasitas pengaliran sungai yang lebih kecil dari debit banjir, ditambah dengan pendangkalan alur sungai, memperparah keadaan.
Adapun titik bencana ada di Sub Sub-DAS Nambunga dengan luas Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah 478,28 hektare. Area terdampak banjir merupakan daerah perladangan, pertanian, dan permukiman yang berada bagian hilir sungai.
Hingga saat ini,10 korban longsor dan banjir bandang di Desa Simangulampe belum ditemukan. Diketahui, akibat banjir dan longsor tersebut, 12 orang dinyatakan hilang. Hingga saat ini, baru dua di antaranya yang sudah berhasil ditemukan.
Pembersihan material longsor dan upaya pencarian korban masih terus dilakukan hingga hari ini, Sabtu, 9 Desember 2023.
@mgr.korneliussipayung #gerejakatoliksimangulampe #bencanaalam #banjirbandangsimangulampe #simangulampeberduka #katolikindonesia #komsoskam #komsoskwi
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.