Tarian caci dimainkan dua orang laki-laki, satu lawan satu, dengan memukul dilakukan secara bergantian. Alat yang digunakan adalah cambuk atau pecut (larik), perisai (nggiling), penangkis (koret), dan panggal (penutup kepala).

Dalam permainan caci semua wajib  bertelanjang dada. Namun tetap mengenakan pakaian perang pelindung paha dan betis berupa celana panjang warna putih dan sarung songke (Songket) khas Manggarai.

Para pemain caci dibagi dalam dua kelompok. Mereka secara bergantian bertukar posisi sebagai kelompok penyerang dan kelompok bertahan.

Kelompok ini biasanya disebut pihak pengundang atau tuan rumah (ata one) dan kelompok pendatang dari kampung lain (ata pe’ang atau disebut meka landang atau tamu penantang).

Nah, selain hadir sebagai penonton,  wanita punya andil besar dalam tarian ini. Saat pembukaan caci yang dimulai dengan tarian Danding, wanita selalu ambil bagian sabagai penyanyi dan penari. Pun dalam caci itu sendiri, wanita biasanya bertugas sebagai penabuh gong dan gendang untuk mengiringi pemain caci.

Neka Oke Kuni Agu Kalo 

Selain adu nyali dan simbol ksatria, lanjut Yasintus, tarian caci  juga menunjukkan sifat sportifitas orang Manggarai. Meski lecutan cambuk mengakibatkan luka di badan, namun tak ada dendam di antara mereka.

“Semua selesai di dalam arena. Setelah caci, dua kelompok saling berangkulan sebagai saudara,” ucapnya.

Lebih jauh, Yasintus mengatakan caci  bagi orang Manggarai merupakan kesempatan untuk bertemu satu sama lain. Apalagi, kata Yustinus, caci itu digelar di tanah perantauan semisal Jakarta.

Yasintus mengatakan, pergelaran caci di tanah rantau adalah cara menghidupi adat dan budaya agar tidak dilupakan oleh anak-cucu.

“Ada satu ungkapan orang Manggarai yaitu Neka Oke Kuni Agu Kalo. Artinya dimana pun kami berada, adat-istiadat itu harus dijunjung tinggi dan tidak boleh dilupakan,” katanya.

Perlu diketahui, tidak semua laki-laki Manggarai bisa bermain caci. Hanya laki-laki yang punya keberanian lebih dan didukung oleh kemampuan menari dan bersuara bagus bisa bermain caci. Sebab, caci itu mengandaikan lomes (seni) dan punya ketangkasan.

Meski tergolong keras, peminat permainan caci tidak pernah menurun dari tahun ke tahun dan selalu menjadi hiburan favorit orang Manggarai.